The Handsomology







Hal paling klise di dunia ini adalah ketika menganggap Playboy itu melulu menggunakan tampang untuk melakukan aksinya. Padahal, gue cukup banyak nemuin kasus dimana cowok-cowok yang tampangnya seret, pas-pasan (pas buat dicengin) juga nggak kalah digandrungi cewek-cewek jika dibandingkan dengan cowok-cowok yang berparas mencemaskan seperti personil Suju.

Tingkat kegantengan itu dipecah menjadi dua bagian penting. Yaitu, kegantengan dari dalam (inner handsome) dan kegantengan dari luar (outer handsome). Kegantengan dari dalam nggak bisa dilihat sekali pandang, sedangkan kegantengan dari luar yang paling gampang dilihat. In the other words, outer handsome atau tampak luar ini yang bakal ngebanderol kamu dengan teriakan histeris dari cewek,

“Anjir! Ganteng juga tu cowok cyinnn..”

Atau jika kurang beruntung,

“Woy, lo adiknya Budi Anduk?”

Gue pernah ngalamin hal di atas, sakit hati 14 minggu.

Outer handsome atau ganteng fisik disini sifatnya statis, nggak dinamis. Bisa dibilang ini adalah sebuah anugerah dari yang Maha Kuasa. Jadi, perihal kenapa muka gue nggak ganteng, itu disebabkan ketika Tuhan lagi bagi-bagi muka ganteng, gue nggak dateng.

Outer handsome atau yang okelah, kita sepakat sebut ganteng fisik, sangat berguna ketika opening act. Opening act adalah kegiatan mengambil alih perhatian, membuka conversation, dan pendekatan. Misalnya,  ketika kamu lagi ngedeketin cewek. Dengan paras yang ganteng, cewek nggak lantas defense dengan kehadiranmu. Ya, situ ganteng sih. Cewek yang udah punya pacar pun, kalau ada cowok ganteng nyamperin, ya okesip-okesip aja.

Kesimpulannya,

Muka ganteng dan fisik bagus digunakan untuk menarik perhatian di awal. Eye catching.

Pedekate dan bahkan sampai punya pacar terasa mudah ketika punya muka ganteng dan fisik bagus. Namun permasalahannya di sini adalah yang nggak punya dua hal vital di atas. Iya, iya, yang dikira adiknya Budi Anduk itu..

Nah, disinilah peran ganteng dari dalam atau inner handsome bermain. Bagaimana caranya dengan keterbelakangan wajah dan fisik tersebut, tetap mampu membuat cewek-cewek jatuh cinta. Inner handsome menentukan langkah setelah opening act. Ketika tahap pedekate, ini benar-benar menentukan.

Ya, inner handsome sering juga disebut dengan attitude.

Dengan attitude, kita bisa peka terhadap perubahan.

Dengan attitude, kita bisa menurunkan ego untuk mendengar.

Dengan attitude, kita punya moral.

Lewat attitude, kita tau bagaimana caranya memperlakukan wanita dengan benar.

Dulu, dulu banget sih, pacar gue pernah bilang kek gini.

“Buat apa ganteng kalau nggak tau cara memperlakukan wanita..”

Kalimat di atas ketika sampai di pendengaran gue ibarat pedang bermata dua.

Pertama: Dia lagi memuji kalau gue adalah seorang cowok yang tau benar cara memperlakukan wanita.

Kedua: Dia lebih milih punya pacar jelek tapi tahu cara memperlakukan wanita, ketimbang punya cowok ganteng yang nggak tau cara memperlakukan wanita.

Faktanya, dia kan milih gue. Berarti gue jelek.

*JEDAR!*






Nah, Playboy adalah mereka yang memaksimalkan muka ganteng dan attitude-nya dalam membangun fondasi kisah asmaranya. Kalaupun nggak memiliki dua-duanya, itu bisa dilatih. Di chapter ini, gue coba sedikit merangkum tentang cara menaikkan intensitas kegantengan yang gue observasi selama beratus-ratus tahun menaiki dan menuruni gunung, dan yang gue pelajari dari playboy-playboy nasional dan internasional.

Gue nggak ngebahas step by step-nya, karena yang lagi gue bicarain adalah sebuah seni. Semua orang bisa lebih berseni dari gue, dan semua punya seninya masing-masing.

Semoga bisa sedikit meringankan perjuangan pria-pria yang sudah terlampau lama dipeluk kesendirian..

Then, this is the handsomology.




HANDSOMENESS LEVEL 1: THE HANDSOME-BELIEVEABLE

Artinya: Percayalah kalo kamu itu ganteng, nggak peduli betapa jeleknya wajahmu.


Untuk bisa menghargai orang lain, kita harus menghargai diri sendiri terlebih dahulu. Nah, di level 1 belajar ilmu dasarnya di sini. Nah ilmu di sini kita sebut dengan “Tingkat Kegantengan”. Kamu disebut playboy level 1 jika berhasil menyebut, mempercayai, dan mengimani kalau kamu itu ganteng.

Dengan ganteng ini nantinya kamu punya kepercayaan diri dan pengakuan kalau kamu itu sebenernya ganteng. Ingat ganteng itu gak melulu nampak luar (baca: Handsome) namun juga dilihat dari nampak dalam (baca: Attitude).

Jadi berhentilah minder karena fisik atau nampak luar. Kamu punya kegantengan yang selama ini belum kamu sadari. Kamu itu lebih ganteng dari kamu bayangkan. Jika udah sadar, selamat!

Handsomeness level 1 ability:
- SELF ESTEEM
- SELF MOTIVATING





HANDSOMENESS  LEVEL 2: THE FRONT MAN

Layaknya seorang Vokalis, mengendalikan emosi penonton. The Front Man, mengendalikan topik pembicaraan lawan bicaranya.

Untuk bisa berangkat ke level selanjutnya, dibutuhkan peningkatan skill. Kalau di  level 1 masih berhubungan dengan internal diri sendiri, nah kalau di level 2 udah main ke eksternal. Yeah, kamu berkomunikasi dengan yang lain.

Tujuh dari sepuluh cowok itu gelagapan ketika ngajak ngobrol cewek, dan akhirnya gagal dalam mengambil perhatiannya. Ini udah gue survey secara tidak akurat, maka tak perlu lagi diragukan kebenarannya.

Dan itu juga yang bikin kenapa confession atau nembak menjadi hal yang begitu menegangkan buat cowok.

Buat urusan mengambil perhatian cewek, tak ada satu cowok pun yang 100 persen menguasai. Cewek itu tercipta dengan mood unstable. Ada cewek yang tertarik dengan cowok cool yang minim ekspresi, ada cewek yang tertarik dengan cowok smart yang luas wawasannya, ada cewek yang tertarik dengan cowok badboy yang urakan namun menyenangkan, dan ada juga cewek yang tertarik dengan cowok bermuka pas-pasan namun hangat, humoris, dan menggemaskan.

What!? Muka pas-pasan? Jangan-jangan itu gue.

Untuk sampai di  level 2, kamu harus berani ngajak ngobrol cewek. Entah itu temen cewekmu, atau cewek yang lagi kamu lagi pedekate, atau cewek yang belum kamu kenal sekalipun.

Nah, masalah paling klise yang gue dapati ketika ngajak ngobrol cewek adalah topik obrolan. Seganteng-gantengnya cowok, pasti sekelebat pernah diam membisu ketika ngajak ngobrol cewek yang disukainya. Dulu, gue memulai sebuah obrolan dengan bertanya-tanya tentang keluarganya, hobinya, kuliah/kerjanya di mana, siapa nama anjing piaraannya, udah punya pacar apa belum, dan sebagainya. Hebatnya, gue ngajak ngobrol udah kek interogasi. Sesekali gue berpikir kalau gue berbakat jadi wartawan. Belum selesai semua pertanyaan gue dijawab, dia udah menghilang dari pandangan gue.

Tapi selalu ada hikmah yang bisa diambil. Gagal itu nggak datang dengan tangan kosong, dia selalu membawa oleh-oleh. Ya, oleh-olehnya adalah jam terbang.

Yah, setidaknya gue nggak pernah berhenti mencoba walau hasilnya cukup sering mengenaskan. Berhenti untuk gelagapan. Stay cool. Tatap matanya. Stick with the confident. Goin with the wind blows.

Kalo kamu udah nggak gelagapan saat ngobrol sama cewek yang baru dikenal atau yang mau digebet, Congrats! You’re goin to the next level.


Handsomeness Level 2 Ability:
- BRAVERY
- SELF CONFIDENCE


“Tiada yang lebih seksi dari seorang pria ketimbang keberanian dan kepercayaan dirinya.”






HANDSOMENESS LEVEL 3: THE KING OF CONVENIENCE


Semua bisa bermula dari pembicaraan yang menyenangkan. Ciuman juga bisa berawal dari sini.
Ini adalah contoh pembicaraan yang nyaman. Berakhir dengan ciuman.
Ini adalah contoh pembicaraan yang mengenaskan. Berakhir dengan  sambitan. Kemudian cowoknya koma tiga bulan. 

Saat main basket, mereka yang menguasai rebound adalah mereka yang menguasai pertandingan. Begitu juga ketika pedekate, dia yang memegang arah dan topik conversation, dia yang mengontrol jalannya pedekate.

Itulah hikmah yang gue ambil ketika gagal, gagal, dan kembali gagal dalam urusan pedekate.

Sekali lagi, iya, hikmah. Bukan hikz mah.

Cowok yang udah sampai di level ini, dia menguasai tehnik yang banyak cowok nggak kuasain. Disini dia belajar bagaimana ice breaking cewek dalam sebuah percakapan. Ice breaking adalah tehnik memecah kebuntuan dengan banyak memiliki improvisasi saat ngobrol sama cewek. See? take the rebound and you control the game. Jadi ini adalah jaminan mutu nggak akan dicuekin sama cewek. Jadi kamu bisa memegang penuh kendali interest pembicaraan.

Pernah dengar Ir. Soekarno ketika berbicara? They said, he is one of the most famous rebounder. Beliau adalah salah satu dari yang terhebat dalam sejarah mengambil perhatian. Kharisma, ketenangan, kelembutan, dan kemauan untuk mendengar lawan bicaranya sungguh mengesankan. Begitulah ketika bokap gue mencoba mendeskripsikan beliau. Konon, ketika berpidato, beliau sering menunjuk-nunjuk para audiens. Ternyata yang ditunjuk-tunjuk adalah wanita. Beliau menunjuk mereka yang cantik-cantik, dan esoknya wanita-wanita itu jatuh cinta pada beliau. Entah cerita itu benar atau salah, faktanya beliau punya istri lebih dari satu.

Bapak Don Juan Indonesia..

Melalui tehnik sederhana ini, yaitu lewat ngobrol, di level 3 bisa mengetahui, menganalisis karakter orang yang diajak ngobrol. 

Ternyata, ngobrol itu nggak sesederhana yang gue bayangkan sebelumnya. Ada ketertarikan masing-masing dalam sebuah topik pembicaraan. Dulu, hal ini nggak gue pedulikan ketika ngobrol, dan hasilnya dia nggak begitu tertarik obrolan gue. Ketika seseorang nggak tertarik saat gue  ajak ngobrol, gue akan kesulitan menemukan karakter dia. 

Padahal, ketika gue berhasil menemukan sedikit karakternya dari sebuah obrolan, di saat yang bersamaan, gue juga bisa menemukan personal interest-nya. Itu bisa digunakan sebagai topik pembicaran selanjutnya, sampai pada akhirnya gue dicap olehnya sebagai orang yang menyenangkan. I got the first point!

Jika kamu adalah orang yang tahu benar how to listen and how to talks, you’re the king of convenience!


Handsomeness level 3 ability:
- ICE BREAKING
- CHARACTER ANALYSING


“Dengan berbicara kamu berbagi, dengan mendengar kamu peduli.”




HANDSOMENESS LEVEL 4: THE PLAYMAKER


David Silva katanya adalah momok buat lawan. Nah, handsomeness level 4 - The Playmaker, adalah momok buat para perempuan. Sang pemain tempo perasaan. 

Di level ini seseorang bisa dikatakan sebagai buron. Dia dicari-cari karena telah membuat onar di hati dan perasaan banyak orang. Pada level 4, dia udah dalam tahap membina hubungan. In the other words, you’re in a relationship. Dalam KBBG (Kamus Besar Bahasa Ganteng), kata ‘monoton’ dan ‘jenuh’ itu haram hukumnya buat para playboy.

Wanita itu emosinya dirancang untuk bergejolak. Moody. Akan selalu fluktuatif dalam berbagai kondisi. Nah, itulah yang akan membuat cowok beranjak dari level 3 ke level 4. Yeah, tetap gentle di saat moodnya naik atau turun. Playboy level 4 adalah The Playmaker. Pull out the strings. Dia adalah pengatur tempo. Nah, tempo sendiri adalah sebuah ritme perasaan. Di dalam perasaan ada yang namanya sisi humor, sisi puitis, sisi amarah, sisi pendiam, dan sisi romantis.

Playmaker adalah mereka yang tau kapan harus menggunakan sisi-sisi tersebut. Gue belajar bahwa kejenuhan adalah musuh besar dari banyak hal. Kabar buruknya, cinta juga bermusuhan sama kejenuhan. Ketika itu, gue kadang romantis, kadang humoris, kadang pendiam, kadang cuek abis, dan kadang juga minjem duitnya buat makan. 

Sebuah ketidaksengajaan ini membuat gue terkesan unpredictable. Sejak itu dia yang notabene pacar gue, terus dihantui rasa penasaran. Hubungan gue sama dia jadi nggak terkesan jenuh karena gue nggak sengaja memberikan bumbu-bumbu berbeda di tiap harinya. Dia pun cinta setengah mati sama gue sampai akhirnya pihak ketiga memisahkan.

Selain itu, playmaker adalah mereka yang advance dalam ice breaking dan juga berkelas dalam menghadapi suatu perbincangan. Pernah gue ngeliat ada seorang cewek yang marah-marah ngebentak cowoknya, cowok tersebut hanya diam dan mendengar. Melihat cowoknya yang diam dan cuek, cewek tersebut makin marah. Namun beberapa saat kemudian cewek itu pun melunak dan akhirnya menarik kembali amarahnya. Belakangan gue dapati kalo cowok tersebut berkata seperti ini,

“Tenang, marahmu ini sedang ku dengar. Kalaupun aku menjawab marahmu, tentu kamu tidak mendengarnya karena kamu sedang sibuk dengan suaramu sendiri.”

Jika gue benar, kejadian di atas gue bisa simpulkan kek gini,

“Selalu ada kalimat yang lebih indah untuk diucapkan ke seorang wanita.”

 Hmm..

“Jika kamu bisa membuatnya tersenyum, tertawa, sedih, bahkan sampai menangis terisak-isak, sudah pasti cuma kamu yang ada di hatinya.”


Handsomeness level 4 ability:
- PLAYMAKING TECHNIQUE






HANDSOMENESS LEVEL 5: THE GODFATHER


Artinya: "Ayahku mengajarkanku banyak hal. Cintailah kekasihmu. Namun, cintai juga kekasih orang lain."


Oke, coba diliat lagi dari level 1-4. Itu semua adalah level yang menaikkan attitude. Ya, kegantengan dari dalam. Dan di level ini ada sesuatu hal yang juga nggak kalah menentukan.

Materi.

Iya, materi.

Tahun lalu, gue mengajukan judul skripsi, “Korelasi Antara Ketersediaan Uang dengan Jumlah Cinta yang Didapat”, dan belum sempat gue menjelaskan latar belakang pengambilan judul ini, gue udah didamprat disuruh angkat kaki dari ruangan dosen pembimbing skripsi.

Mungkin judul yang gue ajukan benar-benar mengharukan.

Ada sesuatu yang tak pernah habis jika dibahas dan tak akan pernah ada ujungnya. Ya, mendebat cinta dengan uang.

Selalu ada pro dan kontra. Contohnya kek gini,

“Sesungguh-sungguhnya cinta adalah yang murni dari hati, bukan dari materi.”

“Money can buy everything, but not love.”

“Cinta yang kamu beli dengan materi hanya akan sampai di permukaan, tak pernah sampai di dasarnya.”

“Jika materi tak bisa kau bawa mati, mengapa kau mencintaiku karena materi?”

“Jika uangmu sampai bisa membeliku, pasti yang kau beli adalah diriku, bukan cintaku.”

Di atas adalah sedikit dari banyak unek-unek  yang nggak sengaja keluar begitu aja dari pikiran gue.

Pertanyaannya, apakah kalimat gue di atas termasuk klise?

Apakah salah?

Apakah munafik?

Apakah mainstream?


Oke, coba bandingkan dengan yang ini,

“Uang bukan segalanya, tapi segalanya yang penting di dunia ini, termasuk cinta, butuh uang.”

“Uang bukan nomor satu, tapi nomor dua dan nomor setelahnya, termasuk cinta, tak akan berjalan.”

“Setidaknya, tolong jelaskan padaku cara menikmati sepiring nasi berdua di gubuk derita.”

“Jika uang tak bisa kutukar dengan cinta, lantas senyumanmu yang muncul ketika anak-anak kita hidup sejahtera, darimana asalnya?”

“Uang tidak melulu menyelesaikan masalah kita, tapi setidaknya uang tidak menambah masalah kita.”

Pertanyaannya, apakah  tulisan gue di atas klise?

Apakah salah?

Apakah materialistis?

Apakah mainstream?

Tentu saja setiap dari kita bebas menentukan mana yang benar mana yang salah. Buat gue, semuanya benar karena semuanya memang masuk di akal. Jujur, ini adalah sebuah dilemma. Gue pernah mencoba untuk menemukan hubungannya, begitu gue mencoba menemukannya, kalutlah yang gue dapat.

“Mengerti cinta tak pernah ada ujungnya, mengejar materi tak akan ada habisnya.”

Terinspirasi dari salah satu maestro dan penyair Indonesia, Aan Mansyur, kalau nggak salah, “kadang kita harus berhenti mengejar kebahagiaan untuk bisa merasakan kebahagiaan.”
Buat gue, kalimat di atas penuh makna. Sejak itu gue nggak pernah lagi berusaha untuk mengejar cinta dan uang.

Ya, kalau cinta dan uang tak akan habis bila dikejar, baiklah.
GUE BAKAL MENJEMPUTNYA.

Jodoh itu dijemput.
Rezeki itu juga dijemput.
Jika jodoh dan rezeki itu dijemput, maka tunggulah aku.
Kelak engkau kujemput.






Mungkin benar, attitude yang dibarengi dengan materi akan menjadikan seorang cowok di tingkat kegantengan tertinggi.

The Godfather..




From Don Juan





Share:

4 Komentar

  1. Ha.a. . Udah kayak kuliah 4 sks y om.. Bnyak ilmu ny, bnyak pembelajaran ttng berkomunikasi, bnyak jg plesetan (kekonyolan) ny.. Sukses deh buat tulisan2 ny. @vieeeee_1

    BalasHapus
  2. Ilmu kita ternyata sepadan bro, haha

    salam #playboyindonesia

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus