Materialistis or Realistis?
Beberapa hari yang lalu, gue
sempet ngetweet tentang suatu mata kuliah di dunia per-playboy-an yang membahas sebuah attitude. Direspon miliaran
orang. Nggak percaya kan?
Sama.
Ya karena yang gue tweet adalah
hal yang sering menjadi konflik horizontal dan menjadi polemik di berbagai
kalangan belakangan ini. Tunggu bentar, konflik horizontal itu apa ya?
Saat itu, gue ngetweet tentang
salah mata kuliah tersulit di hidup selain keikhlasan. Kok bisa? Iya, kalau
saja setiap orang mendapat nilai bagus di mata kuliah ini, gue yakin nggak akan
terjadi perpecahan, perseteruan, perdebatan, atau bahkan mengatasnamakan agama
untuk mengambil banyak hak mereka secara paksa – walau tujuan awalnya adalah
menertibkan.
Lantas, mata kuliah itu
mempelajari apa?
Mau tau aja apa mau tau banget?
Oke, mata kuliah itu adalah memahami orang lain dengan melihat dari pola
pikir dan sudut pandangnya.
Bener-bener sederhana kan? Iya,
banyak ilmu-ilmu yang sulit di hidup ini berasal dari hal yang sederhana.
Karena sederhana, mereka sering disepelekan, dinomorsekiankan, dan diacuhkan.
Pada dasarnya, memahami adalah sebuah hal sederhana, sampai pada akhirnya ego
dan gengsi menjadi tembok kokoh di antara kita.
“We build too many walls, not
enough bridges” – Sir, Issac Newton.
Lalu seperti apakah memahami seseorang
dengan melihat dari pola pikir dan sudut pandangnya?
Hmm.
Oke, hal yang paling menarik
untuk dijadikan contoh adalah tentang materialistis vs realistis. Setiap orang
tentu punya pandangan yang berbeda-beda untuk hal yang satu ini. Seperti yang
udah gue bahas di “The Handsomology”, ada beberapa hal yang tak akan pernah
habis jika dibahas. Ya, salah satunya mendebat antara cinta dengan uang. Di sini,
gue nggak akan menyalahkan pihak cowok dan pihak cewek dalam memandang apakah ini disebut
materialistis atau realistis.
Sesuai dengan salah satu mata
kuliah tersulit di hidup ini selain keikhlasan, memahami orang lain dengan
melihat dari pola pikir dan sudut pandangnya.
Pertama, gue akan memandang dari
sudut pandang cewek. Di sini gue seakan-akan melihat topik ini dari pola pikir
dan sudut pandang mereka. Untuk lebih sederhana, gue akan ambil salah satu
contoh pemikiran cewek, apakah disebut materialistis atau realistis.
Pertama, ini adalah contoh sudut pandang seorang cewek tentang cowok jika dikaitkan dengan kemapanan. Artikel ini ditulis oleh seorang penulis detikcom, Francisca. Coba klik link ini untuk membaca artikel tersebut. Setelah kalian baca, temukan maksud di dalamnya. Kamu bebas menentukan sikap terhadap isi artikel tersebut. Tapi ingat, sebelum kamu menarik kesimpulan, coba pandang topik ini dari sudut pandang berbeda. Jangan dari sudut pandangmu aja. Berpikirlah terbuka.
Kedua, setelah memandang dari sudut pandang Francisca, gue juga mau melihat dari sudut pandang akun @teenlovefeel. Kalau nggak salah kreatornya namanya Dwitasari siapa gitu. Yang gue tahu, dia udah nulis buku. Jadi inilah alasan kenapa gue mencoba memandang dari sudut pandangnya. Dia mengenal cinta tidak sejak kemarin sore.
Ini materialistis or realistis? |
Kemudian, gue coba memandang dari tweet-nya yang lain.
"Cinta mampu membuat dua orang terikat menjadi begitu kuat untuk menghadapi cobaan terhebat." Ini jelas bikin gue bertanya-tanya pada tweet sebelumnya, "Pacar yang tidak mapan tidak menjamin masa depan".
Pertanyaan gue, "Jika kemapanan adalah cobaan terhebatnya, apakah cinta masih dapat membuat dua orang yang tengah terikat menjadi lebih kuat?"
Sebenarnya gue tahu jawabannya, kok.
hmmm..
Oke-oke, itu dari sudut pandang mereka, cewek. Sekarang giliran yang gue melihat topik ini dari sudut pandang gue sendiri.
Pertama. Materialistis sama Realistis itu tipis banget bedanya. Cewek cakep maunya cuma sama cowok tajir, itu materialistis. Tapi realistis juga.
Kedua. Cewek cakep yang cuma mau sama cowok tajir itu bisa disebut materialistis. Tapi sejatinya, semua cewek emang lebih milih cowok mapan kan? Ini realistis.
Ketiga. Dari pengalaman yang udah-udah, semakin cakep seorang cewek, semakin besar pula kecenderungannya memilih cowok mapan. Ini realistis.
Keempat. Begitu juga sebaliknya. Semakin mapan seorang cowok, semakin besar pula kecenderungannya untuk menjadi 'Nakal' atau bajingan. Ini realistis.
Kelima. Jadi, perihal "Kenapa cowok mapan suka mainin cewek?", BERBANDING LURUS dengan perihal "Kenapa cewek cakep maunya cuma sama cowok mapan?"
Keenam. Kemudian, perihal pertanyaan "Kenapa cowok mapan rentan selingkuh?" juga BERBANDING LURUS dengan pertanyaan "Kenapa cewek cakep itu kebanyakan matre?" Ini realistis.
Ketujuh. Lalu bagaimana menyingkapi kenapa "Cowok mapan itu rentan selingkuh" dan "Cewek cakep itu kebanyakan matre?", bisa dijawab dengan: Attitude.
Dengan pemikiran-pemikiran di atas, gue juga coba membuat beberapa formulasi.
Di-retweet ratusan juta orang. |
Di-report as spam ratusan juta orang. Pedih.. |
Belum puas sampai di situ, gue juga mencoba melihat dari sudut pandang Don Arfi.
Bangkeknya nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. |
*catatan buat cowok: Kalau coklat, bunga, dll yang kamu berikan buat pacar, kamu beli dari uang orang tua, berarti yang pacaran sama cewekmu itu bapakmu.
Kembali lagi pada attitude.
Buat gue, itu benar adanya. Di tengah pencarian jodoh terbaik, akan selalu ada kata bersyukur tersemat di dalamnya.
Itu menurut kami, bagaimana menurutmu?
From Don Juan
Tags:
TIPS AND ARTS
0 Komentar