PHP for PHP chapter 2
Chapter 2
Cinta,
Cinta itu datang tiba-tiba,
Ketika kau berpaling dan dia
tersenyum padamu, akan ada dua rasa yang timbul.
Rasa ingin memiliki,
Atau ingin menyayangi,
Ah, entahlah.
Yang gue tau..
“Cinta akan datang dengan
tiba-tiba, karena mereka selalu mencari sesuatu untuk dirasa, bukan untuk dicoba.”
“Kamu.. Don?”
Gue pun langsung menoleh dan…
“Emm, Devia?”
“Iya…” dia menjawab dengan muka
yang pedekate-able.
“Baru nyampe?”
“Ho’oh..”
“Eumm sorry, Sayap kamu disimpen
di mana?”
“Eh, apa?” Devia pura-pura budek.
“Eh,nggak kok..”
“Kamu udah lama Don, disini?”
“I-iya, lumayan lah.. tapi gaji
disini di bawah standar gitu.”
“Hah, kamu kerja disini?!”
“Eh? Kamu nanya apasih?” gue bingung.
“Kamu udah lama nungguin aku
disini?”
“Oh nggak kok, baru sebentar,
separuh usia..” Gue ngeles-ngeles
ganteng.
Hampir aja gue ketahuan kerja
disini.. Iya.. Kerja gue nungguin bidadari-bidadari yang turun untuk beli es
buah.
“Eumm okey, sekarang kita kemana?” Tanya Devia.
“Ke pelaminan sekarang boleh?
Errr, umm, maksudku ke tempat makan aja dulu.. hehe.” Gue ngeles lebih ganteng
dari yang tadi.
Pesona bidadari rejected ini membuat gue terbata-bata.
“Oke deh..” Devia mengangguk.
Kita pun turun pake escalator.
Karena gue rada idiot, gue turunnya sambil
gangnam..
Yakali.
Sesampainya di tempat makan. Dia
pun duduk. Gue masih nge-gangnam.
Pfft..
“Kamu mau pesan apa?” Tanya gue
sambil senyum-senyum kelaparan.
“Eumm.. Aku gak makan deh, Don.”
“Lho, kenapa? Ntar kamu atit
sakit lohh.” Gue mencoba ngasi perhatian yang mainstream.
Tapi menurut gue gak ada kata mainstream soal cinta. Pret!
“Aku udah makan tadi di yumah
rumah, Don.” Jawab Devia yang sepertinya juga mengalami salah pergaulan.
“Oh, yaudah, pesan minuman aja
deh kamu..” Gue ngasi harapan seolah-olah gue yang bayarin.
“Iya..”
Dia pun beranjak, dan gue pun
terinjak. Iya. Terinjak-injak pesonanya.
Gue nggak habis
pikir, mimpi apa tadi semalem sampe bisa ketemuan sama bidadari yang disuruh
turun dari khayangan. Mungkin yang lain iri karena kecantikannya. Atau mungkin
bidadari lain iri karena dia lagi ketemuan sama gue.
Ini sebuah persoalan.
Capek juga jadi orang ganteng.
Huft.. *ngelap keringat* *pake kanebo*
Seketika Devia datang kemudian
terheran-heran ngeliat gue yang lagi sibuk meres kanebo.
Dia seperti memecah khayalan,
masul ke dalam akal gue yang gak masuk akal.
Apalah ini..
Kami pun berbincang hangat. Membangun chemistry di antara kami, Membiarkan diri kami tersesat dalam tatapan.
“Ketika
kita merelakan diri untuk saling tersesat dalam tatapan, diam-diam kita sedang
berencana jatuh cinta.” -DonJuanArts-
“Di saat kita bersama orang yang
kita cintai, selalu ada pihak ketiga. Yaitu, aku kamu dan chemistry..”
–DonJuanArts-
Kami begitu
dekat. Kami begitu hangat. Siang pun tersindir akan kehangatan kami, Sang Malam
pun merasa minder untuk mendinginkan kami. Mungkin kami tercipta untuk saling
menghangatkan satu sama lain, dan meneduhkan satu sama lain..
“Cinta itu ketika siang begitu
panas, mereka saling meneduhkan, ketika malam begitu dingin, mereka saling
menghangatkan.”
Setelah
membangun chemistry di antara kami,
gue pun melihat jam dan pukul menunjukan 15:00, gue pun mengajak Bevia beranjak
dari tempat makan.
“Dev, udah jam 3 nih.. kita
nonton, yuk?”
“Yuk.. udah sore juga nih.”
Kami pun beranjak dari tempat
makan ke XXI.
Sesampainya di
XXI, gue bingung, mesti bawa dia nonton apaan. Mau dibawa nonton romantis,
entar gue dibilang melankolis. Mau dibawa nonton kartun, entar gue dibilang
kayak anak kecil. Mau dibawa nonton bokep, entar terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan..
Mesti dibawa nonton apa bidadari
ini?? lagi lagi ini sebuah persoalan.
Gue galau.
Daripada gue galau sendirian, gue
ajak aja dia galau sekalian.
“Eummm, ngomong-ngomong kamu mau nonton apa?
“Yaah, aku juga nggak tau..”
Yes, dia juga galau.
“Gimana kalo kita nonton Ghost Rider aja?!”
Whaat? Itu gak masuk kategori
para bidadari-bidadari.. itu film action..
Tumben ada bidadari yang mau
nonton film action.
bidadari seperti apakah dirimu?
tipe mu membingungkan.
Sejenak aku melihat kesejukan,
pelan di sudut keramaian..
To be continue..
From @irfannyhanif
Tags:
The Playboy Stories
0 Komentar