How i met your mother


How i met your mother?

Hehe, hari ini aku mau sedikit cerita tentang bagaimana kita bisa bertemu. Ngomongin cara bertemu, tentunya ada banyak cara dan modusnya. Dari yang disengaja sampai yang nggak disengaja.

Sebelum bertemu dengan aku, pasti kamu juga pernah bertemu dengan yang lain, dan mungkin salah satu caranya ada di sini. Hehe.


~ Cinta satu atap

Cinta bersemi dari jumlah waktu yang dihabiskan bersama. Ini adalah cara ketemu yang paling klasik dan paling sering terjadi di kehidupan. Makanya nggak heran kalau kamu pernah jatuh cinta dengan teman sekelas, teman sekampus, teman sekantor, maupun teman sekosan.

Cerita satu atap ini membawa aku kembali ke semester satu, di kampus. Semua pasti setuju dengan getaran yang terjadi kala pertama kali bertemu. Siang itu praktikum biologi dasar, dan seperti biasa, aku datang nyaris-nyaris menjelang praktikum dimulai. Dengan terengah-engah aku berlari menuju tangga. Tiba-tiba aku melihat seorang cewek di bawah tangga, cewek ini sedang mengeluarkan jas labnya.

“Eh, kamu praktikum biologi juga kan?” Tanya aku yang sudah menaikkan satu kaki ke anak tangga pertama.

Dia mengangkat wajahnya, dan menoleh ke arahku.

Sakura pun berguguran.

Mata kami bertemu.

“Eh iya, kamu juga?”

“Kamu ngapain di situ? Ini udah telat! Ayo naik!” Jawab aku sambil mengatur nafas.

Ruang lab di lantai tiga, dan begitu sampai di depan ruangan, asisten praktikum sudah memulai pre-test praktikum.

“Kalian kok baru datang, yang telat duduk di situ. Waktunya tinggal 10 menit lagi. Siapa suruh datang telat!”
Duh, mati aku. Mana belum belajar, waktunya tinggal 10 menit lagi. Asu tenan.

Akhirnya aku dan cewek itu ngerjain pre-test di bangku di depan ruang lab yang nggak ada mejanya. Soalnya pun sulit, duh gusti ampuni hambamu yang ganteng ini. Karena bingung, aku melirik kerjaan cewek itu, dan hanjir kok diisi semua. Aku pun menatap cewek itu dengan tatapan juancuk-kok-lo-bisa-diisi-semua-puhlease-kasi-tau-gue-dong gitu.

Aku pun masih menatapnya, dia masih asyik dengan soal-soal yang duhh-gusti itu. Di tengah tatapan mataku pada dirinya, dia mengangkat wajahnya dari soal, dan membalas ratapan puppy eyes-ku.

“Kenapa?” Tanya dia.

“Umm, nomor dua isinya apa ya?”

“Kloaka.”

“Umhh, oke, good, nggg.. kalau nomor empat isinya apa ya?”

“Fertilisasi eksternal.” Jawab cewek itu lagi.

“Umhh, wow, nice, ngg.. kalau nomor tuj..”

“Sudah, ini lihat semua. cepet, sebentar lagi dikumpul.” Dia menyerahkan lembar soal berisi jawabannya di depan mataku.

====

Ya, semenjak itu, setiap hari kamis siang, aku selalu menunggunya di bawah tangga, tempat kali pertama kali bertemu dengannya. Yes, dengan Fardhani. Karena waktu praktikum acara pertama kami datang telat, akhirnya kami sekelompok dalam mengerjakan praktikum. Ya, semuanya sangat mudah ketika terjebak di suatu ruang lingkup yang sama. Apa-apa dikerjakan bareng, apa-apa dipikirkan bareng, apa-apa diceritakan bareng. Kuncinya cuma nyambung. Benih-benih cinta tumbuh sendirinya, tanpa dipupuk, tanpa dipelihara, tumbuh liar bagai ilalang.

Berawal dari menatap, lalu dibalas dengan senyum, lalu dibalas lagi dengan canda tawa, lalu dibalas lagi dengan tertawa bersama, lalu canda tawa turun dan menggetarkan hati, lalu getaran itu naik ke mata, dan kemudian turun menjadi air mata.

Bagaimana membedakan cinta dengan luka jika jaraknya hanya sedekat jantung dengan detaknya?

Ya, inilah sisi lain cinta satu atap. Ketika semua terasa mudah karena cinta tumbuh dan subur dengan sendirinya di tengah kondisi yang mengharuskan bersama, cinta sebagai kekasih; sedekat cinta sebagai sahabat.

Di awal, cinta haruslah dirasakan sebagai kekasih, Karena kalau terlalu lama dibiarkan, ia akan membuat terlalu nyaman dan rasanya pun menjadi beda. Ia menjelma sebagai seorang sahabat. Baik.

Begitu juga yang terjadi antara aku dengan Fardhani.

Duhh, gusti..



~ The Perfect Stranger

Hmm, dari semua cara untuk bertemu atau dipertemukan, aku paling suka dengan cara yang satu ini. Buatku ini semacam keisengan semesta. Bersikeras kita menyangkal, namun semesta selalu punya cara untuk mempertemukan.

Pernah mencoba untuk keluar dari lingkungan atau zona nyaman, dan menginjakkan kaki di lingkungan baru yang nggak pernah dikenali sebelumnya? Ya, di sanalah cinta menyembunyikan banyak rahasianya.

Contoh sederhanaya adalah main jejaring sosial. Main facebook atau twitter. Pasti pernah dong ya nge-follow orang yang nggak kamu kenal? Pasti pernah nge-mention dia juga dong? Pasti pernah dibales juga dong? Pernah ngerasain juga ngobrol sama orang asing atau yang baru dikenal lebih asik ketimbang ngobrol sama teman-teman lainnya?

Untuk The Perfect Stranger ini sebenarnya udah aku ceritain di Kelas Kakap on Facebok. Ya, nge-add cewek di facebook, terus ajak ngobrol, terus nyambung, terus dimasukin ke hati, terus ketemu, terus jadian, terus akhirnya LDR-an, terus akhirnya saling selingkuh di kota masing-masing, dan akhirnya.. ah sudahlah.

Atau bisa juga lewat makelar cinta. Yes, makelar cinta atau yang lebih akrab disebut mak combro, eh mak comblang ini turut memberikan kontribusi dalam mengentaskan kemiskinan asmara di kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebenarnya sederhana, cuma minta dikenalin sama temennya temen. Terus temenmu ngenalin kamu sama temennya, terus ajak ngobrol, terus nyambung, terus dimasukin ke hati, terus besoknya telfon-telfonan sampai subuh, terus jadian, terus ngerayain anniversary setiap bulan, terus mulai berani ngajak ke kamar kosan, terus main monopoly, dan terus nggak terjadi apa-apa.

Ah, penonton kecewa.

Atau bisa juga datang sebagai pihak ketiga dalam hubungan orang lain. Ini juga disebut The Perfect Stranger. Eitt, tunggu dulu, ini tidak seperti yang dosen pembimbing skripsimu pikirkan. Ini bukan ngerusak bahtera pacaran orang lain. The Perfect Stranger di sini datang untuk menyelamatkan kekeruhan yang memang sudah terjadi dalam hubungan itu sebelum kamu datang, dan mengubah segalanya.

Misalnya, cewek itu lagi berantem sama cowoknya, dan tentu aja udah nggak bahagia dong. Dan.. sebagai cowok, kamu akan datang sebagai Malaikat Pencabut Nyawa dan mencabut kesedihan cewek tersebut. Kamu datang menyelamatkan cewek itu dari cowok yang nggak bisa membahagiakannya.

Inilah yang disebut dengan The Greatest Skill, Menikung.

Menikung dengan tujuan mulia, menyelamatkan.

The best perfect stranger, ever.




~ The Glory Hunter

Ya, ini adalah level teratas dalam cara bertemu. Ya, ini sudah melupakan faktor semesta dan faktor yang lain. Ya, ini adalah satu-satunya ajang adu skill perihal menaklukan lawan jenis. Ya, ini adalah pertemuan yang sudah direncanakan atau disengaja. Target pedekate udah ditentukan, nomor telefon/data-data pribadi target seperti: Hobi, alamat, watak dan sifat target sudah diketahui. Jadi pedekate, dan cara menaklukan juga sudah direncanakan sedari awal.

Pernah ngerasa nyaman kalau ngobrol sama orang yang ngerti kesukaan kamu, hobi kamu, dan bahkan orang itu ngerti sifat kamu? Padahal orang itu baru kenal kamu kemarin sore, tapi kamu ngerasa seperti sudah mengenalnya separuh usia? Pernah?

Mungkin, dia seorang Glory Hunter.

Sebenarnya, apa sih yang paling canggung saat pedekate? Ya, ketidaktahuan kita akan biodata target/gebetan. Dari hobinya, kesukaannya apa, sifat dan wataknya juga seperti apa. Namun, ketika sebelum pedekate sudah ngerti duluan, apa yang akan terjadi?

Imbasnya, kamu nggak perlu banyak mengeluarkan pembicaraan garing atau fail ke dia. Toh, udah tau apa yang disukai dia, tinggal membahas interest-nya aja. Akhirnya, first date pun terasa oke dan siap untuk menuju ke date-date berikutnya, sampai benar-benar menemukan timing yang tepat untuk mengutarakan rasa sayang. Yakan? Ini juga sebenarnya sudah aku bahas di The Handsomology.

====

How i met your mother?

Mungkin ini yang akan aku ceritakan pada anakku, perihal ibunya. Kelak, anakku akan bertanya padaku,

Daddy, how did you meet my mother?”

Hmm..

Aku jawab,

“Ketemu ning tab mention, le.”




Share:

1 Komentar