Mestakung



Rani adalah seorang perempuan yang cantik jelita, ia memiliki seorang pacar bernama Randi. Walau Rani adalah perempuan yang cemburuan, Randi tetap sabar. Randi tetap ada di samping Rani. Yang sedikit berbeda dari mereka adalah, Rani seorang perempuan yang bisa dibilang cukup mapan. Rani bepergian menggunakan mobil. Sedang Randi adalah lelaki yang sederhana, Randi bepergian menggunakan motor pinjaman dan kakinya.

Randi tahu bahwa beberapa bulan lagi Rani mengulang tahun. Randi berpikir bahwa Rani layak mendapat kado yang baginya cukup bermakna. Randi punya anggapan bahwa sesekali ia harus mampu memberikan kado yang berkelas untuk Rani.

Selain sederhana, Randi juga sadar dana. Randi sadar jika uang yang dimilikinya tidaklah cukup untuk membeli sepatu berkelas yang diinginkan oleh tatapan berbinar-binar Rani ketika menembus etalase kaca sebuah toko sepatu bermerek. Maka, tiga bulan sebelum bulan di mana Rani mengulang tahun, Randi memutuskan untuk kerja sambilan. Ia berjanji seluruh hasil kerjanya  akan ia gunakan untuk membahagiakan Rani. Randi punya prinsip, ia memang berkekurangan, tapi ia tidak harus mencintai Rani dengan cara yang miskin.

Tanpa sepengetahuan Rani, Randi bekerja part time di sebuah mini market 24 jam. Ia mengambil shift sore dan shift pagi. Sore setelah ia selesai kuliah pada siang harinya dan ketika shift malam, Randi langsung berangkat kuliah paginya. Saking ingin mengejar impiannya,  Randi sering tertangkap kamera saat lembur bekerja. Bahkan Randi tidak segan-segan mengganti shift temannya yang absen. Itu juga terhitung lembur dan tentu saja mendapat fee tambahan.

Kabar buruk buat Randi, tempat ia bekerja tidak membolehkannya menggunakan telefon selularnya saat bekerja. Di minggu keduanya bekerja, Randi terlihat sangat khawatir. Ketidakmampuannya dalam memberi kabar kepada Rani menurunkan performa kerja Randi. Ia takut Rani marah. Tidak memberi kabar kepada Rani adalah suatu petaka. “Pasti Rani akan berpikir yang tidak-tidak tentangku.” Bisik Randi kepada hatinya sembari menghitung belanjaan pembeli di depan mesin kasir.

Dini harinya, Randi baru sampai di kos setelah lelah menambah waktu kerjanya dengan lembur. Sembari merebah lelah di kasurnya yang tanpa dipan,  Randi mulai mengecek kembali telfon selularnya. Randi terbelalak, ia melihat 30 missed call dan 12 pesan singkat yang kalau dibuka tidaklah dapat dikatakan sebagai pesan yang singkat.

Ya, Rani mencarinya seperti seorang ibu yang kehilangan anak balitanya di konser Slank. Pasti sulit sekali. Atau mungkin sudah terluka karena kesabet bendera Slank. Akhirnya, Randi membaca salah satu pesan singkat dari Rani di inbox telefon selularnya. Salah satunya seperti ini,

“km dmn c? Udhlah, ngaku ja, km jalan sm cwek lain kan,,,!!”

Sebelum Randi sempat menekan tombol reply, ia sempatkan membaca salah satu pesan berikutnya.
“Ohh,,, jadi km jln sma mantan kmU????!!!”

Randi tercengang.

Karena Randi adalah lelaki yang dipenuhi rasa ingin tahu, ia coba buka kembali pesan berikutnya.

“Kalau memang sayang, harusnya nggak perlu lagi diingetin yang namanya ngasih kabar.”

Randi bergejolak. Randi mundur perlahan. Randi kaget bukan karena isi pesan tersebut, ia kaget kenapa tiba-tiba tulisan pada pesan singkat Rani menjadi bagus. Randi sempat mengira kalau Rani ngopas twitnya selebtwit.

Akhirnya, setelah kagetnya perlahan membaik, Randi coba buka pesan berikutnya.

Oh gitu, jadi kamu beneran lagi sama yang lain? Kalau bosen sama aku, bilang!!”

Randi tersentak kaget. Saking kagetnya, ia terpelanting dari kasurnya, bahkan sampai ke luar kamarnya. Randi menatap tidak percaya. Bukan karena isi pesan tersebut, tapi kenapa ia bisa terpelanting sejauh itu.

Setelah tergopoh-gopoh menuju kasurnya kembali, ia memutuskan untuk melihat apa yang akan terjadi pada pesan singkat berikutnya.

“Dia yang serupa aku, kau cintai begitu penuh, tak seperti aku yang hanya separuh, yang kau bunuh dengan sikap tidak butuh.”

Randi terpukul.

Dengan jengkel ia membanting telefon selularnya keras-keras ke kasur sambil berteriak, “SIALAN KAMU!! DASAR PEREMPUAN TAK TAHU DIUNTUNG!! ITU TWEETNYA @donnnjuan KENAPA KAMU KOPAS?!!!! DASAR TUKANG KOPAS!!!!”

Namun Randi beruntung, telefon selularnya tidak mengalami cedera apapun.

Randi akhirnya tidur diselimuti segala rasa cemasnya.


=====

Enam jam setelah lelahnya ditelan kantuk, Randi bergegas bangun dan mandi. Setelah selesai mandi dan dianggapnya telah rapi, dengan kendaraan seadanya, ia melaju menuju kos Rani. Ya, dengan kakinya. Di depan kos Rani, Randi melihat Rani sedang memanaskan mobilnya, sepertinya hendak berangkat kuliah. Ketika Rani masuk ke dalam mobil dan ingin menutup pintu mobilnya, datanglah Randi menahan pintu mobil agar tidak tertutup.

Adegan berlangsung begitu cepat.

“Rani, tunggu!” Sergah Randi.

Perempuan itu menengok ke arah kanan. “Rani? Rani siapa?” Jawabnya cepat.

“Lho, ini Randi, secepat itukah kamu melupakan aku?” Balas Randi cepat.

“Owalah mas, kamu pacarnya Rani toh, Rani itu masih di garasi, mobil Rani itu bukan yang ini.”  Kata perempuan tersebut, pelan.

Randi menatap tidak percaya.

“Randi? kamu ngapain di situ?” Suara dari dalam garasi memalingkan tatapan Randi dari perempuan yang ternyata bukan Rani itu.

“Sayang?!” Panggil Randi, tegas.

“Oh, jadi kamu selama ini nggak ada kabar karena ada main dengan temanku sendiri? Iya, gitu?” Rani memotong.

“Tunggu Ran, gue bisa jelasin!” Perempuan yang disangka Rani oleh Randi itu langsung bergegas meloncat ke luar dari dalam mobil dan memberi klarifikasi.

Rani menggeleng-gelengkan kepala, “Sayang, kamu udah berapa kali sih salah orang? Udah berapa kali temen-temenku kamu sangka adalah aku? Hah, udah berapa kali?”

Randi menunduk. Dalam hatinya ia mengaku bersalah. Rani yang ia pacari memang cantik dan putih seperti personil SNSD. Yang jadi masalahnya, Randi tidak mampu membedakan yang mana Tiffany, yang mana Yoona, dan yang mana Jessica. Randi pun tak mampu membedakan mana personil SNSD, mana personil Girls Generation. Bahkan, Randi pun tidak mampu membedakan yang mana personil SNSD dan yang mana personil Super Junior.

Semuanya terlihat begitu gemulai, begitu sama, begitu serupa..

“Sayang, maafkan aku yang belakangan ini seperti tak berkabar kepadamu.” Tukas Randi sambil berjalan mendekati Rani.

“Kamu ke mana saja? Udah bosan sama aku?” Jawab Rani sambil bergerak menuju teras.

“Jadi gini..”

“Jadi gini apa?” Rani kembali memotong.

Randi terdiam sebentar. “Tidaklah mungkin jika aku mengatakan hal ini kepadanya. Aku harus membuat surprise di hari ulang tahunnya dengan hadiah spesial yang akan kuberi untuknya.” Randi kembali berbicara pada hati kecilnya.

“Aku akhir-akhir ini sibuk, aku harus mengurus skripsiku yang terbengkalai, Sayang..” Ujar Randi.

Rani mengernyitkan dahinya, “Aku dan kamu ini masih semester lima, skripsi macam apa?! Oh, iya iya, skripsi mantanmu yang lebih tua darimu itu maksudnya? Udahlah ngaku aja!”

Randi terkejut.

“Bu-bukan itu, Sayang, bukan itu maksudnya.”

“Oh, berarti mantanmu yang nggak seagama itu? Iya? Bener yang itu?” Serang Rani kembali.

“Kalau yang itu kan udah diwisuda..” Jawab Randi mantap.

“Oh, jadi kamu sampai hari ini masih menjalin hubungan dengan dia?!! Kok kamu nggak pernah bilang??!”

“Lho, putus kan bukan berarti memutus tali persaudaraan kan, Sayangg..”

“Aku tau, kamu sama yang itu kan putusnya karena beda agama, kamu sama dia kan putusnya karena dipisahin, bukan sengaja ingin berpisah.” Rani dengan cepat menyanggah.

Randi tertegun, mungkin ia pikir yang dikatakan Rani ada benarnya.

“Kamu kenapa diam? Jadi bener kan? Kamu masih ada main sama dia kan?!”

Randi tetap tertegun sambil memandangi kekasihnya yang penuh prasangka buruk itu..



=====

Bukan hal yang asing bagi Randi ketika menyadari dirinya berada dalam percakapan barusan. Bagi Randi, hal tersebut dianggapnya lumrah. Randi tetap berusaha melihatnya sebagai bentuk cinta Rani kepadanya. Untuk menepis pikiran-pikiran buruk Rani yang lain, Randi akhirnya menceritakan semuanya. Randi ceritakan bahwa ia dua minggu ini bekerja di sebuah mini market 24 jam ternama. Randi bilang bahwa ia butuh uang tambahan untuk membayar kuliahnya, beserta uang semester pendeknya. Randi juga bilang bahwa ia tidak diperbolehkan menggunakan telepon selular saat bekerja. Randi ceritakan semuanya, walau ia tau bahwa beberapa ada yang ia rekayasa.

Keesokan harinya, Randi yang mendapat giliran shift sore, seperti biasa melayani pembeli di depan mesin kasirnya. Sedang rekan kerja lainnya sibuk merapikan dan menata makanan dan minuman di raknya masing-masing. Tapi tidak seperti sore dan malam-malam biasanya, saat itu Randi kedapatan pelanggan yang tidak mau beranjak dari tempatnya. Ya, Rani sudah sedari sore ada di meja luar minimarket. Rani membawa laptop, iPad, dan segala gadget yang ia punya untuk membunuh kebosanan dan tentu saja untuk menunggu Randi. Tatapan Randi yang menembus kaca toko dan sampai di meja luar tempat Rani duduk, membuat dirinya terharu. Randi sangat tersentuh karena pujaan hatinya sampai hati menunggunya bekerja.

Ketika minimarket agak sepi, Randi sempatkan menghampiri Rani yang sedang asik dengan Macbook Pro di hadapannya. Tidak lupa tersenyum, Randi menyapa kekasihnya.

“Hei, ini Slurpee buat kamu Sayang, gratis kok. Sudah aku bayar, hehe.”

“Itu kamu tadi ngapain sok manis sama cewek yang roknya pendek? Keganjenan banget tau nggak?” Jawab Rani ketus.

“Lho, ganjen apasii Sayangg, kan harus ramah dengan semua yang datang. Eh, tapi aku seneng loh kamu mau nungguin aku di sini. Hehe.”

“Aku tu ke sini buat mastiin kamu nggak macem-macem. Aku di sini aja tadi kamu masih kegatelan sama cewek, apalagi aku nggak di sini?!!” Sergah Rani lagi.

Randi terdiam.

Randi duduk di samping Rani, dengan segera ia memegang tangan kekasihnya, “Rani, jangan lagi kamu ngomong seperti itu, aku takut semesta mendengarnya.”

“Maksudnya?” Rani mengernyitkan dahinya.

“Semesta mendengar bicaramu, semesta mengiyakan ucapanmu, semesta mendukung keinginanmu. Aku takut semesta mewujudkan semua prasangkamu padaku.”

“Jadi, kamu benaran mau selingkuh dari aku???” Rani tetap tidak mengerti maksud dari ucapan Randi.


=====

Hari di mana Rani mengulang tahun hanya tinggal hitungan jari. Randi sudah hampir tiga bulan bekerja sambilan di minimarket. Selain disinggahi para pembeli, setiap harinya Randi juga selalu disinggahi oleh prasangka-prasangka Rani. Walau begitu, uang yang didapat Randi dari jerihnya mulai membawa senyum pada wajah Randi.

Sehari sebelum Rani mengulang tahun, Randi meminta izin untuk digantikan bekerja oleh temannya. Ia pergi ke toko sepatu bermerk, tempat di mana semua jerihnya ditukar oleh sepasang sepatu yang diinginkan oleh tatapan nanar Rani. Hari itu Randi beruntung, sepatu yang diinginkan Rani telah didiskon sampai setengah dari harganya waktu itu. Randi membawa pulang sepatu itu dengan segala rasa lega dan cemasnya.

Esoknya, Randi sepakat bertemu dengan Rani di sebuah kafe tempat di mana ia dulu menyatakan cinta kepada Rani. Ia berniat merayakan hari ulang tahun kekasihnya di tempat yang bersejarah.

“Lama banget tau nggak? Dari mana aja sih?” Sapa Rani yang telah duduk setengah jam di meja terdalam kafe itu tanpa kehadiran Randi.

“Maaf, aku terlambat karena menyiapkan sesuatu.”

“Menyiapkan apa?” Tanya Rani kembali.

“Menyiapkan mental.”

“Untuk?” Rani dengan cepat memotong.

“Untuk menyambut hari ulang tahunmu, dan tempat ini juga akan menjadi sejarah di tengah-tengah kita.”

“Tempat bersejarah? Apa karena ini tempat kita jadian?”

“Bukan.” Jawab Randi mantap.

“Lantas??”

“Karena tempat ini tidak hanya menjadi tempat di mana kita bertemu, tapi tempat ini juga akan menjadi tempat kita berpisah.” Jawab Randi sambil tersenyum.

Rani mengernyitkan dahinya.

“Maaf Rani, aku bukan seseorang yang handal dalam merangkai kata pamit. Tapi cuma ini yang bisa aku lakukan.”

“Kamu ngomong apa sih??”

Randi tiba-tiba berdiri dan bergerak mundur dari mejanya. “Semesta mengabulkan keinginanmu, Rani.

“Tunggu! Tunggu Randi!! Tunggu!” Rani berdiri dan mengejar Randi yang mulai berjalan memunggungi dirinya.

“Kita sampai di sini saja, Rani. Sudah cukup aku mendengar semua prasangka burukmu yang selalu kau ucap tanpa dasar.” Randi menghela tangan Rani yang memegang tangannya, yang mencoba menahan laju kepergiannya.

“Jadi, kamu menginginkan kita putus?? Kamu beri aku hadiah ulang tahun dengan perpisahan? Iya? Gitu?” Rani kembali memegang tangan Randi, laju kepergian Randi pun tertahan kembali.

“Tidak. Kepergianku bukanlah hadiah yang aku beri padamu. Namun, ketika kamu pulang, kamu akan dapati sepatu yang dulu kamu inginkan, tergeletak di atas kasurmu. Itulah hadiah terakhirku darimu.” Randi kembali menghalau tangan Rani yang menahan laju kepergiannya.

“Randi, tunggu!!” Rani kembali mendapatkan punggung Randi yang kembali menjauhi dirinya. Air matanya tak terbendung lagi.

Di depan parkiran kafe, Rani melihat Randi hendak masuk ke dalam mobil, hendak menutup pintu mobil itu.

“Randi, tunggu!! Kenapa kamu lakukan ini semua??” Rani berhasil mencegah Randi menutup pintu mobil itu.

Sayang, dia siapa?” Kata seorang perempuan di seat sebelah Randi.

Rani melihat perempuan itu, isak tangis Rani berhenti. Rani terdiam. Perempuan itu adalah perempuan cantik yang waktu itu memakai rok pendek di minimarket tempat Randi bekerja.

“Kamu yang sedari dulu menginginkannya, semesta mendukungmu, semesta mendengar semua prasangkamu padaku, Rani..” Jawab Randi sambil tersenyum.

Rani menangis, semakin jauh mobil itu melaju, semakin deras air yang turun dari tanggul matanya.



=====

Ya, mestakung, semesta mendukung. Apa yang kita ucap, apa yang kita mohon, apa yang kita jadikan prasangka dan wasangka akan didengar oleh semesta. Apakah kamu adalah orang yang seperti Rani? Seseorang yang sering dan terus berburuk sangka pada kekasihnya? Hati-hati dengan prasangkamu, sebab jika terjadi, kamu akan dipaksa belajar mencintai apa yang sudah hilang.

Mencintai dirinya seperti menggengam air, semakin keras digenggam, semakin mustahil ada air yang berada di telapak tangan.  Coba buka telapak tangan, dan biarkan air itu menggenang di sana.

Ya, mestakung, mesti kena tikung. Sesuatu yang berharga akan langsung dipungut, bahkan ketika belum sempat dibuang. Prasangka buruk dan cemburu memang dekat dengan alasan mencinta, takut kehilangan. Tapi hati-hati, alih-alih cemburu yang bermaksud mempertahankan, malah membuat keretakan dalam hubungan dan memicu kedatangan pihak ketiga. Ya, mestakung, mesti kena tikung..

Selamat berprasangka dan bercemburu ria..










Share:

9 Komentar