The Flappy Bird's Philosophy

Close enough?


Beberapa hari ini gue baru saja mengalami banyak kejadian yang mengenaskan. Dari nyeduh popmie pakai air dingin karena dispensernya lupa dicolok, kaus kaki dan sempak yang hilang setelah di-laundry, shock karena begitu mau mandi gue ngeliat ada ikan mas berenang di dalam bak mandi, dan yang paling mengenaskan adalah ketika diceng-cengin gara-gara Flappy Bird.

Sebagai mahasiswa yang bernasib dua koma, diceng-cengin karena game Flappy Bird adalah pukulan yang cukup telak. Sudah tidak pintar dalam akademik, gue juga tidak pintar main Flappy Bird. Setelah kejadian itu, gue jadi minder, sebenarnya keahlian gue ini apaa..

Awalnya, gue bersikap apatis dengan game yang sama sekali tidak menguji adrenalin lelaki seperti, Flappy Bird. Game yang grafisnya so last decade, dimainkan oleh banyak anak kecil, tidak mengandalkan analisa dan taktik, dan size-nya hanya 2,4 Mb, adalah sebab yang melatarbelakangi keapatisan gue.

Sampai pada akhirnya, Isabel, salah satu adik kelas gue di kampus, yang kebetulan begitu cantik dan semok jika dibandingkan dengan cewek lain seumurannya, menghampiri gue di kantin dan menyapa,

“Hae kak Don, eh itu di Twitter lagi rame main Flappy Bird, lho.”

Gue yang sedang sibuk mengunyah mie ayam langsung menengok ke arahnya, “Ohh, Flappy Bird yang itu kan? Yayaya.” Jawab gue dengan cool.

“Eh kak, ajarin aku mainnya dong..”

Gue langsung  teringat dengan peribahasa orang tua jaman dulu, “Kesempatan untuk modus tidak datang dua kali.” Gue pun mempersilakannya duduk di samping gue, “Oh mana-mana dek, sini-sini abang ajarin.” Balas gue dengan senyuman penuh arti.

Isabel memperlihatkan henfonnya.

“Liat dengan seksama cara abang maininnya ya, dek.” Gue menatap Isabel sambil naik-naikin alis.

Satu detik kemudian.

Damn it.


“Lho, kok langsung nyusruk begitu, Kak?” Isabel menatap gue tidak percaya.

“Dek, ingat-ingat ini, orang hebat itu tidak terlahir langsung juara dek. Yang barusan itu biasa disebut rehearsal, dek. ” Jawab gue dengan cool.

Tiga detik kemudian..

*tebalikin meja*


45 menit kemudian..

Mulai ada peningkatan..


Dua  jam kemudian..

Practice make perfect!


“Kak, batre henfon aku lowbat itu.. Kak Don bisa mainnya nggak sih?” Tanya Isabel yang kemudian mengambil henfonnya dari tangan gue.

“Lho, dek? Mau ke mana, dek?? Tunggu dulu, dek?!! Abang bisa jelasin, dek?!”

Isabel menghentikan langkah kepergiannya, ia menengok ke belakang dan berteriak, “Aku kecewa sama kakak! Kak Don nggak jantan! Hih.”  

Isabel pun melangkah lebih jauh ninggalin gue yang menyimpan sebuah pertanyaan besar di kepala.


Kok gue cemen banget sih?


=====

Sesampainya di kos, kalimat Isabel yang berbunyi “Aku kecewa sama kakak! Kak Don nggak jantan! Hih” terngiang-ngiang di kepala. Harga diri gue sebagai lelaki remuk redam. Gue menatap langit-langit, yang ada hanya kelam. Bisa-bisanya gue dipermainkan sama burung yang berbibir ikan mujair itu. Tapi gue tidak boleh diam dalam keterpurukan, gue harus bangkit.

Setelah melakukan push up dan lari keliling lapangan, setelah dirasa badan dan jempol gue cukup prima, gue coba instal game burung-burungan yang telah menodai harga diri gue di depan cewek semok tadi siang. “Ini tidak bisa dibiarkan!!” Teriak gue sambil mengepalkan tangan ke langit-langit.

Tiga setengah jam kemudian batre henfon gue abis.

Score gue bahkan tidak lebih baik dari tadi siang.

Gue merenung di menatap akuarium. Gue merasa iri dengan ikan-ikan yang semasa hidupnya tidak perlu main Flappy Bird.

Akhirnya gue putuskan untuk mandi, jongkok di pojokan dan berpikir keras guna menemukan solusi terbaik dalam memainkan Flappy Bird. Dua jam kemudian, gue masih tidak  menemukan jawabannya. Gue ketiduran di kamar mandi. Sialan, waktu produktif gue terbuang sia-sia.

Sepertinya mata gue tidak melihat Flappy Bird kayak yang orang lain lihat. Jika orang lain melihat Flappy Bird normal-normal aja, yang gue lihat malah seperti ini:

Pantesan gue kejedak pipa mulu..


Atau ini.

Sekarang udah ngerti kan kenapa gue gagal terus?


INI PASTI KONSPIRASI WAHYUDI!!

INI PASTI ZIONIS!!!

INI PASTI ILUMINATI!!

PANTESAN GUE KEJEDAK PIPA TERUS!!!

HIH.



=====

Tidak seperti hari kemarin, hari ini gue mulai berdamai dengan diri sendiri. Gue bahkan sudah memaafkan teriakan Isabel yang mengatakan bahwa gue tidak jantan. Gue juga sudah memaafkan diri sendiri dan burung bedebah itu. Lima hari yang gue habiskan dengan berkata kasar setiap kejedak pipa, membuat gue mawas diri dan bijaksana.

Sebenarnya Flappy Bird ini mirip sekali dengan kehidupan kita sehari-hari. Mirip sekali dengan skripsi. Berkali-kali kejedak pipa. Berkali-kali kena revisi. Tapi apakah ketika kejedak pipa kita akan menyerah? Apakah setiap kena revisi kita juga menyerah? Yang kita lakukan setelahnya hanya satu: mencet Start lagi. Yang kita lakukan hanya satu, kita bangkit sekali lagi, menyelesaikan revisi dan kembali ke hadapan dosen.

Flappy Bird juga persis kayak cerita cinta. Pacaran cuma sebentar-sebentar, kayak Flappy Bird yang baru main beberapa detik langsung udahan. Persis kayak berantemnya orang pacaran, kan masalahnya itu-itu aja, nggak pengertian lah, nggak ngasi kabar lah, selingkuh lah. Masalah Flappy Bird kan juga itu-itu aja, kejedak pipa lah, mencet kecepetan lah, main dalam kondisi kurang prima lah. Tapi apakah kita menyerah dalam urusan cinta? Ya kayak Flappy Bird, yang kita lakukan setelahnya hanya satu: Mencet Start lagi. Yang kita lakukan ya nyari gebetan baru lagi.

Setiap kata-kata kasar dan meja yang udah gue tebalikin, semakin mendekatkan gue kepada falsah hidup, yang Flappy Bird coba berikan. Kita bermain Flappy Bird sendirian, mencoba terbang dengan terus mengepak-ngepakkan sayap. Sembari terus berusaha terbang, kita mencoba melewati pipa-pipa yang berbeda-beda panjangnya. Cara kita mengepakkan sayap, menentukan kita akan melewatinya atau menabraknya. Dan terus begitu untuk score dan jarak yang kita tidak ketahui seberapa besar dan seberapa jauhnya.


.....


Dan itulah hidup, kita datang ke dunia ini sendirian sampai pada akhirnya orang tua kita mengenalkan apa itu kasih sayang. Kita datang ke sekolah sendirian sampai pada akhirnya kita berkenalan dan bertemu teman-teman. Kita kuliah dan merantau juga sendirian sampai pada akhirnya kita beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan sekitar. Kita memulai perjalanan cinta juga sendirian sampai pada akhirnya kita menemukan tambatan untuk bersandar, walau kerap kali ending ceritanya membawa kita kembali sendirian.

Walau kita tidak bersayap, kita terus mencoba terbang. Kita terus mencoba di dalam hidup ini. Bukankah hidup ini perihal mencoba atau tidak? Usaha-usaha yang kita lakukan adalah cara kita mengepak-ngepakkan sayap. Rintangan hanya diperuntukkan bagi kita yang mencoba dan berusaha. Ketika kita mengepak-ngepakkan sayap, akan selalu ada rintangan dan orang-orang yang tidak suka dengan usaha kita. Cara kita mengepakkan sayap, menentukan kita dalam merespon masalah. Cara kita berusaha menentukan hasilnya, kita akan menabrak pipa atau melewatinya. Jika kita terburu-buru dan gegabah, kita akan menabrak pipa, laju usaha kita akan berhenti dan terjebak dalam masalah. Jika terlalu lambat, kita juga akan terkena masalah.

Bukankah hidup ini tentang perasaan?

Bukankah hidup ini perkara timing?

Bukankah hidup ini juga perihal kesabaran?

Yeah, that’s Flappy Bird.

Di hidup ini kita punya tujuan layaknya score besar di Flappy Bird. Kita terus mengepak-ngepakkan sayap untuk keberhasilan yang belum tentu didapat, kita terus mengepak-ngepakkan sayap untuk waktu dan jarak yang kita tidak tahu seberapa jauhnya. Tapi di awal sebelum mengepak-ngepakkan sayap, kita sudah tahu, bahwa score besar yang kita tuju, keberhasilan lah yang kita tuju.

Saat kita berusaha, saat kita mengepak-ngepakkan sayap, akan ada rintangan di depan. Kita tidak mungkin selalu berhasil. Sebab kegagalan bukanlah lawan kata dari keberhasilan. Kita harus sepakat bahwa kegagalan dan keberhasilan diciptakan sepaket. Karenanya, kegagalan adalah jalan menuju keberhasilan. Saat kita mengepak-ngepakkan sayap, seberapa pun hati-hatinya, kita tetap menabrak pipa, kita tetap akan gagal. Ya, kita akan selalu gagal.

Tapi apakah kita menyerah?

Tidak.

Akan selalu ada tombol start untuk memulainya lagi.

Sebab kegagalan bukanlah hasil, gagal adalah ketika berhenti sebelum berhasil.



I know it doesn’t make a sense,

But,

Thank you, Flappy Bird.



Share:

1 Komentar

  1. iya iya kalo gagal coba lagi,
    atau coba "soal baru" mungkin don

    BalasHapus