Tentang Melupakan
Nadia
naik pitam, Nadia begitu cemas ketika menemukan pesan singkat yang ada di
henfon gue. “Ini apa lagi cobak?!! Kenapa dia bisa SMS kamu cobak?!!!” Bentak Nadia.
“Lah mana gue tau, Nyet. Ya kan dia
punya pulsaa!!!” Kata gue kepada hati kecil, gue ngebatin
sambil mengumpat.
“Bisa
aku jelasin, sayangg..” Balas gue sembari menenangkan amarah Nadia.
“Terus
ngapain juga di henfon kamu ada missed
call dari dia?!! Kenapa cobak?!!!!” Belum sempat mereda, Nadia kembali mengamuk.
Lah mana gue tauu, Nyet! Emangnya
ada henfon khusus anti-muhrim?!!!! Gue berbincang lagi
kepada hati kecil dengan nada mengumpat.
“Sayang,
tenang dulu sayang, tenang, ini nggak seperti yang kamu kira, sayang..” Gue
menambahkan lagi.
“Kenapa
sih, emangnya susah buat ngelupain dia? Iya, susah? Jadi selama ini aku
dijadiin pelarianmu? Gitu?” Tanpa memberi gue kesempatan untuk menjelaskan, Nadia
kembali mencecar kekasihnya.
Melupakan?
Gue
tertegun sebentar.
=====
Menunggu dengan melupakan adalah dekat, sedekat jantung dengan detaknya. |
Ya,
satu kata kunci yang dipakai jutaan umat manusia ketika ingin bangkit dari kegagalannya.
Termasuk dalam urusan cinta, melupakan digadang-gadang sebagai satu-satunya
cara untuk bisa bangkit dari kekecewaan.
Tapi
apakah nyatanya akan benar-benar melupakan?
Tidak.
Begini
ceritanya, gue pernah baca di artikel kesehatan dan psikologi bahwa ingatan
manusia dibagi menjadi dua bagian, short
term memory (STM) dan long term
memory (LTM). Short term memory
menyimpan informasi-informasi yang baru saja diterima oleh otak dan jangka
waktu diingatnya tidak panjang. Untuk memperpanjang jangka ingat suatu
informasi di otak, kita perlu mengucapnya berulang kali, membacanya secara
seksama, atau menulisnya kembali sebagai catatan. Hal-hal tersebut dinamakan rehearsal atau lebih sederhananya
disebut, menghapal.
Ya,
hal-hal sederhana di atas sudah sering kita lakukan sejak kecil, sejak
bersekolah di tingkat yang paling dasar sekalipun, kita selalu diajari
bagaimana caranya menghapal dan mengingat banyak hal. Informasi yang kita terus
olah dengan kembali membacanya, kembali mengucapkannya, dan menulisnya sebagai
catatan, dianggap oleh otak menjadi informasi yang penting dan akhirnya “naik
kelas” menjadi long term memory.
Itulah sebab kita tak akan lupa nama ibu, nama ayah, alamat tempat tinggal,
tanggal jadian, tanggal gebetan putus dengan pacarnya, hari di mana nembak
terus ditolak, dan masih banyak lagi.
Walau
jatuh cinta tidak mampu diproses oleh otak, melainkan melalui reaksi kimia
berupa hormon, toh pada akhirnya reaksi-reaksi kimia yang terus-menerus akan
menjadi long term memory. Ya, akan
disimpan sebagai ingatan jangka panjang. Itulah mengapa agama selalu
mengingatkan kita kepada kebaikan, karena laut, awan, gunung, hujan, dan
pelangi hanya akan mengingatkan kita kepada mantan.
Dari
kecil selalu diajari mengingat, lantas begitu putus cinta malah berusaha melupakan?
Aku pandai mengingat, kamu pandai membuat kenangan, lantas ketika aku tidak
bisa melupakan, siapa yang harus disalahkan?
Saat
ujian, kita selalu berusaha mengingat pelajaran yang telah dipelajari selama
satu semester penuh, atau bahkan yang baru dipelajari malam harinya. Tapi
kenapa saat ujian berlangsung kita tidak berniat untuk melupakan? Takut tidak
bisa mengerjakan ujian? Bukannya putus cinta atau kecewa juga merupakan ujian?
Kenapa kita bersikeras untuk melupakan? Apa karena kita hanya ingin lari dari
ujian?
Atau
mari kita tengok mereka-mereka yang mendekam di rumah sakit jiwa atau yang
punya gangguan mental. Dari wajah bingung mereka, kita akan mampu tangkap bahwa
mereka tengah berjuang keras untuk satu hal: mengingat. Ya, mereka berjuang untuk mengingat siapa yang mereka
sayangi, siapa yang mereka benci, dan siapa sebenarnya diri mereka. Suatu hal yang sekarang kita punya, yang
nyatanya kau perjuangkan, untuk aku yang ingin kau lupakan.
Pada
akhirnya, melupakan hanya menjadi kiasan. Tak ada yang benar-benar mampu
melupakan seperti yang terjadi pada mereka yang kehilangan ingatan. Kejadian
tak bisa melupakan sangat mudah ditemui pada perempuan. Seperti yang sudah gue
tulis di atas, cinta merupakan proses kimia yang melibatkan hormon. Seperti
hormon dopamine, serotonin, endorphin dan masih ada juga yang lain.
Hormon-hormon itu yang membuat kita senang, sedih, kangen, galau, horny, dan sebagainya.
Dan
yang paling fatal adalah hormon oksitosin. Hormon yang menyebabkan seorang ibu
akan selalu terikat dengan anaknya, hormon yang dihasilkan seorang ibu dengan
kadar yang sangat besar ketika melahirkan. Hormon yang juga dikeluarkan
perempuan dengan kadar yang tak kalah besar ketika berhubungan seks, setelah
melakukannya, perempuan akan merasa terikat oleh pasangannya. Dari sanalah
asal-muasal kenapa perempuan, menurut gue, adalah makhluk yang tidak tercipta
untuk melupakan. Naluri mereka adalah mengingat, mengenang, walau pada akhirnya
air matanya yang jatuh dan menggenang.
Buat
gue, melupakan sebagai satu-satunya cara berpindah atau move on bukanlah menjadi
cara yang paling baik, karena tiada yang benar-benar mampu melupakan. Kita
diberi otak untuk mengingat, tanpa diberi tahu cara untuk menghapusnya salah
satu bagiannya saja.
Bersikeras
kita saling melupakan, namun Tuhan tetap mempertemukan kita dalam ingatan.
Sekali lagi, melupakan adalah kias, hanyalah
kata yang digunakan untuk memangkas kalimat-kalimat panjang yang menghias proses berpindah. Soekarno
pun telah jauh-jauh hari mengamini anggapan gue ini dengan kalimat mahsyurnya, “JAS
MERAH, Jangan Sekali-sekali Meninggalkan Sejarah.”
Sebab
caramu memperlakukan kenangan, adalah caramu menghargai masa lalu.
=====
“Iya,
aku memang tidak pernah melupakan mereka, Sayangg.” Jawab gue setelah sadar
dari tertegun.
“Kamu
jahat, kenapa di saat telah bersama aku, kamu masih saja mengingat
mantan-mantanmu? Kamu nggak bisa jaga perasaanku!!” Nadia langsung mencegat
kalimat gue dengan sanggahannya.
“Sebab
aku memang tidak melupakan mereka, aku hanya ikhlas, aku ikhlas jika mereka
menjadi harga yang mahal, harga yang harus aku bayar untuk bertemu denganmu,
Nadia.”
Nadia
hanya bisa tertegun.
Tags:
Filosofi kacang
4 Komentar
tulisan lo ciamikk don:)
BalasHapusDon, blog elu anjiis abiss isinya.
BalasHapusTambahin social media button Don. Biar gampang share ke socmednya :D
Muke gile lu don, tulisan lu asik bingit... ampe tersentuh gue bacanye.. lu ntar jadi penulis buku ape novel gitu aje don laku keras pasti, gue pasti beli buku lu ntar... (h)
BalasHapuskeleeeennnn om
BalasHapus