Humans Do that, Humans Eat that

Gue jadi ingat momen ketika berkunjung ke tempat teman gue di Jogja. Kami bepergian ke banyak tempat. Dan ketika itu gue menginjak daerah di sekitaran Gunung Kidul, kami memutuskan untuk isitirahat sebentar di sebuah angkringan. Seperti halnya angkringan-angkringan di Jogja, tak ada yang berbeda di sana. Angkringan pasti menyediakan panganan bernama, gorengan. Sampai pada akhirnya ketika gue sedang memilih dan memilah gorengan, mata gue menemukan sesuatu yang asing.

Ya, sate belalang.

Belalangnya nggak kecil, sepanjang jari tengah orang dewasa.

makan nggak ya, makan nggak ya..


Masih utuh sebadan-badannya. Jika dilihat dari cara memasaknya, nampaknya belalang na’as ini diolah dengan cara yang sangat sederhana. Belalang ditangkep sebanyak-banyaknya, terus kakinya diputusin satu biar nggak loncat, lalu diperciki garam secukupnya, terus dicemplung-cemplungin deh ke minyak panas. Bar kuwi, ditusuk pake tusuk sate.

“Iku sate belalang, Don, mantep, jos gandos poko’e.” Kata teman gue ketika gue menatap sate serangga itu.

“Rasanya gimana, itu kakinya masih ada tajem-tajemnya gitu. Hih.” Jawab gue cepat.

“Wis tau maem udang, toh?” Katanya lagi.

Walau gue waktu itu nggak ngerti temen gue ngomong apa, tapi di sana ada terselip kata “udang”. Sontak pikiran gue langsung mengaitkan sate serangga ini rasanya mirip dengan rasa udang dong. Walau bentuknya mengerikan, tetep langsung gue sikat tanpa basa-basi.

Sebentar kemudian..

“Piye, uwenak toh, Don?” Tanyanya lagi.

Gue menatapnya dengki.

Gue memutuskan untuk tidak berteman dengannya lagi.

Rasanya kayak belalang, terus digoreng. Sepulang dari jalan-jalan, gue dilarikan ke rumah sakit terdekat.


=====

Tapi semakin ke sini, sate belalang yang pernah gue telen lalu gue pingsan, tidak serta-merta menjadi makanan paling ekstrim. Ternyata, di tempat lain ada juga yang tidak kalah ekstrim. Berikut penelusurun reporter Don Juan di dunia maya:

1. Sate Tikus

Jika umumnya sate yang ada di pinggir jalan adalah sate ayam, kambing, dan sapi, tapi tidak di Manado. Di sebuah pasar di daerah di Manado, sate seperti ini umum dipajang di etalase dan sepertinya mampu menarik nafsu makan para calon pembeli yang lewat.

Sate tikusnya kakakk.. sate tikusnya kakakk..


2. Sate kuda laut dan kalajengking

Gue pernah mikir, orang-orang yang tinggal di Republik Rakyat China adalah orang yang memakan segala hal, yang menurut orang di negara lain tidak bisa dimakan. Di satu sisi, mereka adalah kaum yang out of the box, mereka bukan orang seperti gue yang mainstream cuma makan sate ayam. Di sisi lainnya, kok mereka nggak eneg atau apa gitu. Kalau di sana ada yang namanya angkringan, udah pasti gorengan-gorengan yang ada ya model begini.

Eat that, bitch!



3. Tokek krispi

Belum selesai memikirkan bagaimana cara menelan kalajengking yang digoreng, gue sudah dipusingkan bagaimana cara untuk tidak muntah ketika dihidangkan tokek krispi. Jika dilihat dari tekstur hidangannya, cara mengolah panganan tokek krispi sepertinya juga tidak sulit. Tinggal mencari sumber bunyi tokek di langit-langit, terus dipukul pakai sapu, begitu tokeknya jatuh dan menggelepar di lantai, ya pukul lagi sampai tokeknya empuk dan siap dihidangkan.

Tokek aja berdua, masa kamu sendirian..



4. Sup ular menganga

Suka dengan yang namanya sup? Ya, semua orang pasti suka dengan sup. Sup ayam, sup ikan, dan masih banyak lagi. Rasa segar, hangat, dan nikmatnya kadang tidak serta-merta dapat dilupakan begitu saja setelah selesai makan. Ada kenangan tersendiri setelah menyantapnya.

Tapi tidak kali ini, lagi-lagi tingkat kreativitas yang berlebihan yang menjadi masalahnya. Bagi warga RRC, sup ayam dan sup ikan yang gue bangga-banggakan barusan malah menjadi bahan olok-olokan.

Katanya, “Chicken soup just for bitches, real man take this soup!!”

Itu mulutnya tolong dijaga, tolong.

Sepertinya gue bukan lelaki sejati, gue tetap memilih sup ayam.


5. Teh embrio

Nasi hangat sudah siap, lauk sate tikus juga sudah matang, ditambah gorengan kalajengking juga tokek, dan tidak lupa hangatnya kuah sup ular menganga, sepertinya dapat menjadi menu makan malam yang menegangkan. Lalu langkah selanjutnya apa? Ya telfon Om Bondan Winarno, kali ini beliau pasti tidak akan bilang, “Mak nyosss” lagi. Beliau pasti akan melambaikan tangan ke kamera dan berkata, “Mak tolongggg aku Makk.. tolonggg..”

Kan udah makan nih, pasti seret dong kalau nggak ada minumnya? Tenang, tetap duduk manis di lesehan masing-masing. Masih di RRC, mereka punya minuman spesial buat kamu. Nikmat diteguk saat hujan dan dihidangkan selagi hangat. Mamam ini, mamam!!!

Ya, itu adalah embrio dari unggas yang gagal menjadi unggas normal. Dengan kata lain, unggas ini gagal menemukan jati dirinya ketika di dalam telur, akhirnya malah dicampur dengan teh oleh warga sekitar, dan warnanya pun menjadi seperti ini.

Harusnya juga disediakan dalam kemasan botol.



=====

Mungkin, pemaparan gue di atas tidaklah banyak, jika kamu googling, kamu akan mendapat makanan ekstrim lainnya. Bahkan, kalau kamu Youtub-ing, kamu dapat secara langsung melihat tokeknya digeplak-geplak, atau bagaimana cara menguliti tikus dengan benar.

Tapi tingkat ekstrimisitas yang terjadi dalam urusan makan, buat gue malah mengarahkan manusia ke jenjang yang lebih serius, ya biadab. Tidak sekedar makan, entah mengambil sesuatu dari binatang itu dan proses bagaimana mengambil sesuatu dari binatang itulah yang menujukkan sifat kebengisan manusia. 

Menurut gue, ada binatang yang memang dijadikan sumber pangan, ada yang untuk dipelihara sebagai teman manusia, dan ada yang memang dibiarkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam. Ketika hewan yang sebenarnya tidak untuk dimakan malah dimakan atau dieksploitasi, di sanalah manusia mulai menunjukkan sifat aslinya.

1. Lumba-lumba

Jujur, walau gue nggak pernah meluk lumba-lumba secara langsung, tapi gue punya respek tersendiri kepada lumba-lumba. Selain pernah dipopulerkan oleh Bondan (yang sekarang menjadi basist Fade 2 Black) dengan hits “Lumba-lumba”, gue sering baca dan browsing bahwa lumba-lumba adalah hewan yang ramah. Bahkan lumba-lumba tidak punya keinginan untuk menyakiti manusia. Dan bahkan ketika kamu bilang, “Lumba-lumba, aku sayang kamu”, Lumba-lumba nggak akan menjawabnya dengan, “Aku kira selama ini kita cuma teman..”

She can hurts you, but lumba-lumba can’t.

Tapi tidak begitu kenyataanya.

Di alam ini, manusia lah Tuhannya. Di tangan manusia, nyawa-nyawa mereka ditentukan..







2. Hiu

Semasa kecil, gue punya mimpi buruk terhadap ikan besar yang satu ini. Ya, bokap gue adalah orang yang senang dengan apapun film yang ada ikan hiunya. Otomatis, gue pun jadi sering nonton apa yang ditonton bokap gue. Dari serial Jaws, The Dark Blue Sea, Shark Night, The Red Tide, dan masih banyak lagi. Di sana, ikan hiu dengan mudahnya mengunyah manusia. Gue jadi takut. Pernah waktu kecil gue punya fobia dengan bak mandi. Gue takut banget ketika lagi ngambil gayung, terus ada ikan Hiu loncat dari dalamnya dan menerkam lengan gue.

Waktu kecil gue memang anak yang bodoh.

Namun, ketika menginjak dewasa dan sudah bisa jatuh cinta kepada cewek, gue jadi punya pandangan lain terhadap ikan hiu. Walau gue nggak ngerti hubungan jatuh cinta sama cewek dan ikan hiu, gue tetep mendukung agar ikan bergigi nggak santai ini dilestarikan. Karena ikan hiu adalah predator utama di lautan yang menjaga ekosistem di lautan.

Penangkapan hiu ini terbilang cukup sadis, karena manusia sepertinya cuma tertarik dengan sirip dan ekornya. Jadi bagian tubuh yang lain dibiarin. Setelah menebas habis semua sirip yang ada di tubuh hiu, terus hiunya dikubur gitu? Nggak lah. Sederhana saja, dibuang lagi ke laut.




Oh iya, ketika hiu-hiu itu selesai ditebas siripnya, hiu-hiu itu belum sepenuhnya mati. Mereka masih sakaratul maut. Terombang-ambing di tengah laut tanpa bisa berenang, dan akhirnya sampai mati menjelang, di lantai lautan..




3. Harimau

Waktu kecil gue hobi banget sama yang namanya game Zoo Tycoon. If you know this game, your childhood is awesome. Dari sana gue belajar, bahwa harimau termasuk ke dalam daftar endangered species. Ya, hewan terancam punah. Tapi untuk mereka-mereka yang di bawah ini, gue tau, mereka nggak pernah main Zoo Tycoon.

Ya, mereka membunuhnya untuk mengambil kulitnya yang berharga mahal, taringnya yang dipercaya meningkatkan vitalitas dan, kepalanya? Ya, dibuat pajangan di dinding kamar kosan.

Kamu boleh loh bilang mereka biadab, boleh banget..

Sebelum disembelih, disiksa dulu. :(



Dan mereka semua terlihat bahagia dan menikmati apa yang sedang mereka lakukan..


Ya, untuk di tiga hewan terakhir, ini adalah bukti bahwa stupidity going to the next level.


4. Gajah

Kalau ngeliat mereka di jalan, udah habisi aja.

They are evil. :(

Rasa lapar membuat mereka melakukan ini. :(



5. Orang utan

Kalau ketemu manusia yang bikin orang utan kayak gini di jalan, udah ajak tawur, pukul-pukulin aja sampai mati.

Pertama, mereka diiket dulu.

Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah menjadi seperti ini.

 
Orang utan rica-rica. :((


6. Anjing
Anjing adalah salah satu hewan sahabat manusia. Di antara hewan yang lain, gue anggap bahwa anjing adalah yang paling setia. Anjing punya sifat mengabdi, agak sedikit berbeda dengan kucing – walau kucing juga merupakan hewan sahabat manusia. Kesetiaan seekor anjing kepada manusia itu unconditional..

Walau gue tau di beberapa tempat anjing telah dijadikan panganan yang khas, tapi gue tetep nggak ngerti sama mereka yang menzalimi anjing. Entah dimakan, atau cuma dibuat mainan kayak gini:

Anak anjing bukannya dielus-elus, malah dibakar. :(


Kalau masih penasaran, bisa tonton video ini: Bukti kebiadaban manusia terhadap binatang.


Apa yang gue sampaikan di atas hanyalah sedikit dari banyak apa yang telah kita lakukan. Ada banyak faktor yang membuat kita dapat berbuat seperti di atas. Salah satunya faktor ekonomi. Jadi, inilah kita..


“Yea, humans do that to us, they eat us, they exploits us, they are more animal than us.” – Animal.






Share:

1 Komentar

  1. Bang kotoran manusia aja dimakan bang. Klo abang kagak percaya nih gwe ksih alamat nya www.sukatoro.com

    BalasHapus