Kalimat yang tak'kan terlupakan


Suatu malam di timeline, gue melihat oborolan menarik dari dua selebtwit. @zarryhendrik dan @aMrazing. @zarryhendrik menjawab sebuah tweet.




kemudian dibalas oleh @aMrazing dengan,




@zarryhendrik pun nggak tinggal diam. Dia menjawabnya dengan, 



Dengan cepat @aMrazing menimpali lagi.




Namun @zarrhendrik nggak diem gitu aja, dia pun membalasnya. Tapi nomention.




Nggak mau kalah bijak, @aMrazing juga punya pandangan tersendiri soal kasus ini.





Gue penginnya sih terjadi twitwar, ternyata setelah itu mereka cuma ngakak. mereka ketawa-ketawa. HAHAHA.
Lalu siapa yang menang? Siapa yang benar?
Buat gue dua-duanya benar. Setelah ngebaca twit-twit dari selebtwit ini, gue jadi keinget masa-masa silam. Iya, jadi keinget mereka.

Murni. Namanya yang terlihat sudah seperti nama samaran ini, membuat gue nggak perlu capek-capek menyamarkan namanya lagi. Dari rentetan-rentetan wanita yang gue pernah kecewakan, Murni adalah yang paling seksi. Dia nggak gendut, tapi embem. Iya, gue selalu lemah sama cewek embem. Karena banyak yang suka sama dia, bahkan ketika dia udah jadi pacar gue, membuat gue sering insecure. Yang namanya cewek cakep dan fashionista, tentu nggak murah. Nah, disinilah semuanya bermula

Murni ini nggak pernah mau naik motor. Waktu itu, di rumah tinggal nyisa motor. Kendaraan lain seperti otoped, truk gandeng, becak, dan bajaj, lagi dipakai semua sama orang rumah. Mau nggak mau gue jemput dia ke rumahnya naik motor. Di depan pagar rumahnya,

Gue     : “Sayang, ini pakai dulu helm-nya.”

Murni  : “Aku udah dandan cantik-cantik buat kamu, terus rambut aku kamu pakein helm?!”

Gue:    : “Soalnya di rumah tinggal nyisa ini, yang.”

Murni  :  “Nggak mau! Nanti rambut aku nyeplak helm!!”

Gue     : “Tapi yang..”

Murni  : “Liat, ini mau ujan! Terus kamu mau pakein aku pake plastik yang ada di bawah jok motormu?!!”

Gue     : “..Itu namanya jas ujan, sayang.”

Murni  : “TERSERAH! AKU NGGAK MAU DIPLASTIKIN. AKU BUKAN BIBIT LELE!”

Tau gini jadinya, gue jemput Murni pakai otoped.

Kemudian batal malem mingguan.

Murni cuma mau diajak jalan kalau gue bawa mobil. Mobil di rumah cuma ada satu. Dan itu dipakai bokap, nyokap, dan kakak gue. Sebagai anak paling bontot, gue cuma disisain otoped. Dunia memang kejam. Belum selesai sampai di situ, Murni ini paling ogah kalau diajak makan di empire.

Gue     : “Yang, kita makan di sini aja ya.” Gue minggirin mobil.

Murni  : “NGGAK MAU! ITU KAN EMPIRE!!

Gue     : “ Hah, empire itu apa?”

Murni  : “EMPERAN! YOU KNOW EMPERAN??”

Hening.

Gue     : “Yang, ini lesehan namanya.”

Murni  : “Terserah. Aku nggak mau makan di pinggir jalan. Kalo nanti ada motor lewat, terus ada becekan nyiprat ke piring, terus becekannya kemakan, terus aku kena hepatitis, terus cantikku ilang, GIMANA??

Gue     : *garuk-garuk ketek sebelah kiri*

Murni  : “Kamu pernah mikir sampe di situ nggak sih??” Bahaya tau. Bahaya!”

Gue     : *garuk-garuk ketek sebelah kanan*

Akhirnya gue berhenti di sebuah Mall. Makan di Fish n Co.

Murni  : “Kamu nggak makan, beb?”

Gue:    : “Ngg.. aku udah kenyang kok Yang, makan aja gapapa.”

Dari kejauhan terdengar suara dompet gue menangis.

Mungkin ini yang namanya cinta, bayarin ini bayarin itu, iya-iya aja. Yang penting dia senang..

Sampai pada akhirnya sesuatu yang nggak pernah diharapkan terjadi. Iya, keluarga gue kena masalah finansial yang memaksa bokap gue ngejual mobil semata wayangnya. Uang jajan pun berkurang drastis. Dompet gue tidak lagi sebahagia dulu. Begitu juga dengan kisah cinta gue sama Murni. Murni yang high-class nggak mau kemana-mana naik motor. Kalau dia ngajak makan, gue sering berkelit. Gue sering bilang ada acara sama temen lah, ada acara di kampus lah, ketemu dosen lah, naik gunung sama temen lah. Alasannya sederhana, dompet gue nggak cukup kuat nemenin Murni yang nongkrongnya di tempat wah. Gue merasakan minder yang tak berkesudahan.

Perlahan-lahan kami mulai menjauh. Tatapannya ke gue udah nggak seperti dulu lagi. Murni nggak mau gue ajak susah sedikit.

Mungkin benar kata Alexander Thian, “Baru tahap pacaran aja udah disuruh menderita? Mendingan cari yang lain.”

Murni pun hinggap ke hati yang lain. Awalnya, gue cuma bisa bilang Murni adalah cewek yang matre. Tapi seiring berjalannya waktu, gue sadar, kalau Murni nggak benar-benar salah. Cewek butuh pendamping yang mapan.

Ya beginilah jika pacaran menggunakan duit orang tua. Apa yang banyak gue lakukan dulu selalu pakai duit bokap. Intinya, bokap gue yang macarin Murni. Setelah kejadian itu, gue bertekad untuk pacaran menggunakan duit sendiri.

Maafkan aku Murni, aku mengecewakanmu.



Perlahan-lahan gue mulai bangkit, gue pun mencoba mendapatkan penghasilan dari berbisnis. Gue pengin cewek gue ini bangga dengan kekasihnya, biar cuma sedikit, gue macarin dia dengan hasil keringat sendiri.

Sepertinya, Tuhan punya rencana yang luar biasa buat gue. Lagi-lagi gue dipertemukan dengan cewek-cewek high-class. I don’t always falling in love, but when i do, yeah i know she is a high-class. Dia udah kerja. Dia punya penghasilan tetap. Gue yang notabene masih mahasiswa dengan penghasilan belum tetap, sering kagum sama dia. Dia begitu dewasa. Bahkan dia suka ngajarin tentang mengelola keuangan. Sejak saat itu, gue sadar kalau gue nggak cuma jatuh cinta sama cewek embem. Gue juga jatuh cinta sama cewek dewasa. Cewek-cewek yang memakai rok span dan high heels, cewek kantoran.

Gue sama dia sangat terbuka soal kondisi keuangan. Gue tau dia punya uang karena memang udah kerja. Dia tau gue juga punya uang, walau sedikit. Bisnis yang gue jalankan saat itu memang kadang menghasilkan besar, kadang menghasilkan kecil, kadang menghasilkan luka. Ujung-ujungnya cewek gue yang nalangin utangnya.

Gue     : “Mbem, aku heran sama kamu, kamu kemana-mana naik mobil, aku cuma naik otoped. Kenapa kamu nggak nyari cowok yang bawa mobil aja?”

Dia      : “AYANG.”

Gue     : “Kamu cantik, kamu mapan, kamu punya apa yang banyak cewek lain belum punya di usia yang seperti ini. Jika kamu menuntut keadilan, kamu layak mendapat lebih. Selain aku.”

Dia      : “AYANG!! UDAH!! CUKUP!!”

Gue     : “Tapi liat, kamu malah di sini sama cowok yang masih berstatus mahasiswa, lusuh, nggak mampu beliin kamu ini itu. Coba kamu nggak nolak lamaran pengusaha itu, pasti kamu sekarang udah tidur di istana.”

Dia      : ( Nempelin telunjuknya di bibir gue ) Aku mau nemenin kamu dari zero sampai jadi hero. Dari nothing sampai jadi something. I know this is crazy, i know this can not make a sense. But i love you.

Gue     : ( Tatapan mulai berkaca-kaca )

Dia      : “Di samping pria sukses ada wanita sukses yang mendampinginya. Aku mau jadi wanita sukses itu.

Gue     : ( Nangis )

Dia      : ( Meluk gue ) Kamu jangan ngomong gitu lagi ya.

Gue     : ( Ngaceng )

Mungkin benar, punya atau belum punya kemapanan, cinta akan selalu hadir. Cinta mengangkat yang berkekurangan dan menerbangkan apa yang sudah berlebih. Dia mengangkat aku yang sedang berkekurangan. Dia tidak melihat apa yang aku punya sekarang. Dia melihat tekadku untuk mempunyai sesuatu di masa depan.

Belum, belum happy ending. Cobaan kembali datang. Cobaan akan datang bagi ia yang berani bersungguh-sungguh.

Bisnis yang gue geluti mulai membuahkan hasil. Hasilnya bahkan melebihi penghasilan dia sebulan bekerja di kantor. Saat itu, gue merasa menjadi mahasiswa yang luar biasa. Money can buy everything. Tapi dengan uang yang gue punya saat itu, masih nggak mampu membeli jarak. Dia yang terkena pemindahan lokasi kerja, membuat gue dengan dia terpaut jarak. Kami LDR.

Masih mahasiswa, punya uang, mandiri, dan berpenghasilan. Mahasiswi mana yang nggak tertarik? Dan gue jauh dari kekasih. Gue ini nggak pandai bercerita, makanya ending dari cerita ini dengan sangat mudah dapat ditebak.

Di atas langit masih ada langit. Di atas cakep, masih ada cakep. Di atas mapan masih ada yang mapan. Di atas kesombongan, maka beginilah akhirnya.

Gue jatuh cinta dengan mahasiswi fakultas Ekonomi. Yasha seorang foto model. Saat itu, namanya kampus idol kalau nggak salah. BUKAN. BUKAN AYAM KAMPUS. BUKAN. Tentu aja cakepnya ngalahin dia-yang-jauh-di-sana karena pemindahan lokasi kerja.

Dengan apa yang gue punya saat itu, sebagai mahasiswa, gue punya power untuk menaklukannya. Bahkan, gue sering ngerental mobil sampai seminggu cuma buat nemenin dia kemana-mana. Sok banget kan? Money can do many things.

Gue dengan Yasha pun berpacaran. Tanpa sepengetahuan dia-yang-jauh-di-sana, tentunya. Saat itu, liburan semester, gue bilang ke dia-yang-jauh-di-sana, kalau gue nggak balik ke Jakarta. Gue ada urusan bisnis di kota gue kuliah. Dia pun percaya. Akhirnya dia balik ke Jakarta dan nggak ketemu gue.

Hari itu sudah malam, dan hari itu Yasha ulang tahun. Di sebuah klub malam, gue ada di sampingnya untuk merayakan ulang tahunnya.

Yasha  : “Beb, tas kecilku ketinggalan di mobil. Ambilin dong.”

Gue     : “Ada payung nggak?”

Yasha  : “Lah, buat apa?”

Gue     : “ Di luar hujan deras, sayang..”

Yasha  : “Yaudah lari aja, bentar doang kok. Paling basah dikit.”

Akhirnya gue cuma pakai hoodie untuk menerjang hujan. Gue lari ke parkiran. Yasha markir mobil di parkiran outdoor. Alamat gue basah kuyub ini. Di tengah hujan, gue sedang merogoh kantong, mencari kunci mobil Yasha. Tiba-tiba hujan berhenti.

Gue nengok ke belakang.

Ternyata hujannya nggak berhenti.

Gue lagi dipayungin sama seseorang.

Gue     : “ KA-KAMU?”

Dia      : “Ini mobilmu?”

Gue     : “Bu-bukan, ini mobil temen. Kamu kok bisa di sini?”

Dia      : “Aku kangen kamu, makanya aku nggak langsung ke Jakarta. Aku mampir di sini dulu.

Gue     : ( hening )

Dia      : “Kamu ngapain di tempat kayak gini?”

Gue     : “Te-temenku ulang tahun, mbem.”

Dari kejauhan, terdengar suara langkah kaki. Seorang gadis membawa payung.

Yasha  : “Sayang, kok lama banget, di tas aku itu ada credit card, aku lupa bawa uang cash.”

Dia      : “ Apa? Sayang? Don, ini siapa?”

Gue     : ( Hening )

Yasha  : “Sayang, cewek ini siapa?”

Dia      : “APA?! KAMU YANG SIAPANYA PACARKU?!”

Gue     : ( Hening di bawah payung )

Yasha  : “DON, INI SIAPA?! JANGAN BILANG KALAU KAMU..

Dia      : “ Don, aku nggak nyangka, kamu. kamu.. kamu...”

Saat itulah gue sadar, bahwa ada yang lebih deras dari hujan yang pernah dijatuhkan langit. Ya, hujan yang jatuh dari mata perempuan.

Dua tangan lembut perempuan mendarat keras di pipi.

Maafkan aku Gaby, aku mengecewakanmu.

Maafkan aku Yasha, aku mengecewakanmu.



Subuhnya, Gaby SMS.

"Teruslah mencari yang lebih baik, maka kau tak akan berlabuh di pemberhentian apapun."



Kalimat yang tak'kan terlupakan.





Share:

3 Komentar

  1. sayang banget
    padahal uda dapet yang bagus

    BalasHapus
  2. Elu sebenernye siape sih don?? Jangan2 karakter lo itu dibuat emang buang nyela gue yeee? Ini terlalu mirip !! Ini mah cerita hidup gueeee !!!!

    BalasHapus