Hal-Hal Nggak Penting yang Ada di Dating Apps
Waktu
yang tersita karena harus menjadi budak korporat di kerasnya ibu kota, ditambah
dengan hati yang berantakan karena gagal urusan cinta, membuat gue nggak punya
pilihan lain untuk meng-install aplikasi kencan online.
Cuma
itu yang bisa gue lakukan di tengah kesibukan kerja, sambil sedikit demi
sedikit mengembalikan asa untuk bisa kembali jatuh cinta.
Kurang
lebih sampai dengan bulan maret kemarin, gue genap lima bulan bergumul dengan
beberapa aplikasi kencan online yang kebetulan tengah hitz di kalangan remaja
urban. Seperti Tinder, Paktor, Setipe, Woo, dan Tagged. Awalnya, gue sama
sekali nggak tertarik mencoba aplikasi kencan online, namun takdir berkata
lain..
Buat
gue, saat itu, orang yang main dan menggantungkan harapannya tinggi-tinggi
kepada aplikasi-aplikasi ini, tergolong orang yang hina-dina. Orang yang desperate. Orang yang menurut gue nggak
menarik secara packaging sehingga
sulit untuk menarik perhatian orang lain ketika bertemu face to face. Akhirnya mereka terjerumus pada aplikasi-aplikasi ini.
Belum
selesai gue menyelesaikan kalimat di atas, ternyata gue sudah diceritakan
dengan sempurna pada kalimat-kalimat tersebut.
Ya,
itu gue semua.
Gue
adalah orang-orang yang ada di atas.
Sialan.
Lima
bulan mencoba peruntungan jodoh lewat aplikasi kencan online, alih-alih
mendatangkan jodoh, malah mendatangkan sakit kepala. Ternyata aplikasi kencan
model begini, buat gue, lebih parah dari blind
date. Gue ibarat masuk ke dalam hutan belantara tanpa memakai sepatu, tanpa
membawa benda tajam, tanpa makanan, dan tentu aja berharap ketemu cewek cakep.
Realitanya, di dalam hutan gue lebih mungkin ketemu macan ketimbang cewek
cakep.
Gue
menemukan banyak hal yang nggak penting dan selalu berhasil membuat gue dalam
hati berkata, “Apaan sih, biasa aja
kali.”
Berikut
adalah hal-hal nggak penting yang pasti kita temukan ketika mencoba peruntungan
di aplikasi kencan online..
Kayaknya gue salah pilih gambar deh.. (blog.lass.org.uk) |
=====
JARANG ONLINE
Gue,
yang lebih sering dikira tukang duku ketimbang dikira cowok baik-baik, tentunya
akan sangat sulit menemukan match
pada aplikasi kencan online. Sehari gue bisa swipe kanan lima puluh kali untuk cewek di Tinder dan di Tagged.
Setelah sekitar tiga ratusan cewek gue swipe
kanan, hanya ada lima cewek yang match.
Di sinilah gue makin yakin kalau gue ini sebenarnya masih satu sodara sama
spesies petasan banting.
Namun,
derita akibat ketidakgantengan gue belum selesai sampai di situ, lima cewek
yang match ini ternyata cuma sepersekian
dari jutaan penderitaan yang mungkin gue akan alami di kencan online. Gue
ngechat satu per satu dari mereka dan satupun nggak ada yang bales. Kalau
dilihat dari rentetan di kolom chat ke cewek-cewek ini, gue udah kayak monolog
ke diri sendiri. Anjis, desperate
abis.
Sekitar
seminggu kemudian, ketika gue udah mulai ketemu sama match yang lain, tiga dari lima cewek tersebut akhirnya membalas
chat gue.
“Sorry,
baru bales, gua jarang online.”
Terus
gue nyeletuk dalam hati dong, “Lah, bodo amat..”
Walau
nggak ada yang salah dengan jawaban mereka di atas, gue jadi mikir, cewek-cewek
yang konon kalau dilihat dari fotonya cantik-cantik ini, sebenarnya ngapain sih
ada di aplikasi kencan online? Buat akun, terus swipe kanan beberapa cowok ganteng, terus udah gitu? Tinggal nunggu
cowok-cowok berdatangan pada dirinya? Tinggal menunggu cowok-cowok mengemis
chat ke dirinya gitu? Nggak mau online gitu?
Asli,
nggak penting amat.
“Lebih
baik diasingkan daripada menyerah sama cewek yang jarang online..” – Downy Hok
Gie.
JUST FOR FRIEND
Kalimat
yang sering dilontarkan cewek seperti, “Kayaknya, kita jadi temen aja deh,
nggak lebih..” ternyata dipegang teguh oleh mereka di berbagai sendi kehidupan.
Semakin cantik seorang cewek, semakin sering dia mengucapkan kalimat pusaka di
atas. Saking diterapkannya di berbagai sendi kehidupan, kamu jangan kaget kalau
ada cewek cantik belanja ke indomaret, terus ditanya mamang kasirnya, “Sekalian
pulsanya, mbak?”,
dan
dijawab sama itu cewek, “Nggak deh mas, kayaknya, kita jadi temen aja deh,
nggak lebih..”
Aplikasi
kencan online juga termasuk bagian dari sendi kehidupan yang nggak luput dari
kalimat pusaka cewek-cewek cantik ini. Ketika kamu main Tinder misalnya, di
sana akan ada jutaan cewek yang nulis bio dengan bernada, “Just for friend”.
Gue
pernah chatting udah lumayan rame sama seorang cewek, namun ilfil di chat
berikutnya karena dia nulis gini, “Eh, kita cuma jadi temen aja loh, gue nggak
nyari pacar.”
Gue
hening cukup lama dan berpikir keras.
“Who the hell are you? Who do you think you
are? Gue ini cuma pengin kenal doang kali. Jadian juga nggak sekali dua
kali chatting kayak gini.” Namun kalimat yang udah gue ketik itu nggak pernah
gue send.
Asli
ini nggak penting banget.
Kenapa
sih cewek-cewek di sini kepengin banget punya temen baru?
Oke,
nggak ada yang aneh dan salah dari kalimat di atas.
Pertanyaannya
gue ganti deh, “Kenapa sih harus banget nyari temen baru di tempat yang memang
pada visi dan misinya digunakan untuk meningkatkan chance bertemunya orang yang tepat sebagai jodoh?”
Pertanyaan
kedua, “Emang segitu susahnya ya nyari temen baru di real life? Emang cewek-cewek di Tinder ini saling nge-swipe kanan
antar sesama cewek supaya punya temen baru? Emang keuntungan punya temen cowok
baru dari dating apps itu apa, sih?
Pertanyaan
ketiga, “Kalau yang dicari adalah temen, kenapa nggak main Twitter, Snapchat,
IG, atau Path aja? Di sana kan sangat memudahkan untuk berteman. Kamu bisa
ngeliat apa yang temen kamu lakukan, dengarkan, dan bisa baca twitnya. Berteman itu mudah, loh..”
Kalau
emang nggak berniat membuka hati untuk open
relationship, ya kayaknya sih nggak perlu-perlu amat main Tinder atau
sejenisnya.
Oke
maaf, gue ngatur-ngatur ya?
Asli,
ini nggak penting bener.
ANONIM ATAU PASANG FOTO
BERDUA DENGAN PACAR
Ya,
menjadi anonimus di dunia maya memang bukan hal yang aneh lagi. Karena pada
dasarnya, masing-masing dari kita punya misi berbeda dalam bermain sosmed. Ada
yang jualan, ada yang berbentuk komunitas, ada yang bersifat personal tapi
nggak ingin diketahui identitasnya, dan masih banyak alasan yang
melatarbelakanginya.
Tapi
akan jadi aneh ketika kamu menjadi anonim di tempat yang seharusnya menampilkan
wajah dan jati diri sebaik-baiknya.
Gue
sering banget ngeliat ini di Woo, Paktor, dan Tinder tentunya. Apa sih faedah
dari menjadikan foto bertuliskan quote layaknya di IG, di profil picture
aplikasi kencan online? Selain quote-quote ciri khas anak IG, ada banyak juga
yang masang foto anak kucing atau anak anjing. Pengin bikin gue merasa gemes
gitu? Kamu pengin gue jatuh cinta sama foto anak kucing hasil nyomot dari
google?
Belum
selesai di situ.
Hal
kedua yang bikin gue teriak, “APAAN ZEH?”
adalah ketika gue ngeliat foto cewek di Tinder, yang di mana sedang berduaan
mesra dengan cowoknya. Kalau cuma duduk selfi biasa, gue masih ngerti deh. Tapi
ini sampe pelukan, sampe pangku-pangkuan.
Ini
maunya apa, sih?
Cewek-cewek
yang profil picture-nya lagi bermesraan dengan cowoknya ini, mau menghina gue
yang nir-asmara, jauh dari kata ndusel,
kaum yang terpinggirkan dari cinta, proletar asmara, atau apa sih?
Benar-benar
tak berperikeasmaraan.
Ya
nggak ada yang salah dengan memamerkan kemesraan bersama pacar, tapi apakah itu
sangat perlu dilakukan di tempat yang visi utamanya adalah mendekatkan yang
saling asing agar bisa berjodoh? Emang di Path belum puas memamerkan kemesraan
sehingga harus banget dipamerin di aplikasi kencan online?
Belum
selesai di situ.
Bio
dari cewek-cewek yang Apaan-zeh? ini,
ternyata adalah, “Just searching for
friend, thanks.”
Mari
kita teriak, “LAH BODO AMAT ANJIS.”
Bener-bener
nggak penting.
MENJADI PAKAR
KOMUNIKASI
Kalau
kamu udah baca tulisan lain gue yang berjudul #CewekCakepRules, maka ini adalah
lanjutan dari kegelisahan gue yang paling paripurna di semua aplikasi kencan
online.
Kabar
buruk buat cowok yang mukanya kayak gunting batagor, yang kayak garem rujak dan
yang pokoknya pas-pasan di berbagai lini. Kalian akan sangat ditindas ketika
main Tinder, Paktor atau sejenisnya.
Anjis,
gue curhat.
Buat
kamu cowok yang masuk di kriteria di atas, jangankan bisa ketemuan dari hasil match, ketika ada yang match aja, kalian udah kena ospek
pertama.
Ya,
bagian paling sederhana di mata kalian, namun dijadikan sangat krusial oleh
cewek-cewek cantik.
Ya,
menyapa.
Membuka
obrolan.
Pertanyaan
pertama gue, “Bagaimana cara menyapa atau membuka obrolan ke cewek cantik yang
sama sekali belum dikenal secara masiv dan terstruktur tanpa meninggalkan kesan
mau berbuat tidak senonoh dan.. yaa pokoknya harus santun, ramah, tapi nggak
boleh bikin bete?”
“Hai,
howdy? Nice too see you here..”
Atau,
“Eh
halooo, salam kenal, namaku Downy, aku kerja di Jakarta, kamu juga kerja di
Jakarta kan?”
Atau,
“Eh
halooo, wajahmu kok familiar ya? Kayaknya kita pernah ketemu deh di masa depan.
Apa jangan-jangan semua ini bukan kebetulan? Jangan-jangan kita jo….”
Atau,
“Hai
miss universe, aku tidak akan selingkuh kecuali Tuhan menciptakanmu lebih dari
satu..”
Atau,
“Kamu
tau nggak, berada di match yang sama
denganmu, mengajarkanku arti sebuah kenyamanan, kesempurnaan cinta.”
Atau,
“Hello, it’s me, I was wondering if after all
these years you did like to meet, to go over everything.”
Menurutmu,
mana chat yang paling benar untuk memulai suatu obrolan?
YA,
BETUL, SAMA SEKALI NGGAK ADA YANG BENER.
Semakin
jelek seorang cowok, semakin sedikit kesempatan untuk menjadi benar di kali
pertama dia mencoba membuka obrolan. Gue bahkan pernah mendapat kuliah dadakan
dari seorang pakar cinta – yang kebetulan juga menjadi bagian penting pada
salah satu perusahaan yang menjadi developer salah satu aplikasi kencan online,
terkait psywar yang kerap terjadi
ketika berusaha membuka obrolan ke cewek cantik.
“Ya
kalo lo membuka obrolan aja masih pake “Hai cantik”, “Halo apa kabar?”, “Hei,
kerja di mana ni kalo boleh tau?” ya nggak mungkin ditanggepin lah. Basi banget
itu. Sukur-sukur di-read, yang ada lo di-unmatch.”
Ucap sang pakar siang itu.
“Oke,
noted.” Jawab gue dalam hati.
Kata
kuncinya adalah, sapalah dia tanpa harus menggunakan kata sapaan, dan tanpa
membuat dia bête. Bingung kan? Siapa suruh jadi cowok jelek. Mamam.
Besoknya
langsung gue terapkan pada match yang baru.
“Eh,
kita match nih! Bait ketiga dari mars
Perindo apa coba, hayooo?”
Atau,
“Oh
selamat yaa, sekarang kamu berhak mendapat pertanyaan dari aku. Berapa lama
waktu yang kita butuhkan untuk merebus sebuah telur?”
Atau,
“Eh,
kamu punya perasaan yang sama kayak aku nggak sih? Kamu ngerasa nggak sih kalau
Raisa itu biasa aja?”
Atau,
“Hmm,
tiga permen loli milkita setara dengan berapa gelas susu hayoo coba tebak..”
(ini @satriaoo banget)
Gimana,
udah ada yang bener belum nih ngechatnya?
YA
BETUL SEKALI, NGGAK AKAN ADA YANG BENER.
HAHA MAMPUS, KLEN.
Sedih
rasanya ketika kalian harus menjadi pakar komunikasi dan ahli nujum untuk
menebak-nebak mood yang tepat seorang cewek tentang kapan dan harus bagaimana
mengawali pembicaraan sederhana yang sebenarnya nggak akan pernah sederhana.
Dan
hebatnya, ini adalah lingkaran bisnis yang sangat menggiurkan. Ketidakgantengan
dan kebodohan yang jadi satu di tubuh seorang cowok, akan mendatangkan peluang
bisnis yang sangat menjanjikan bagi cowok lain yang katanya sangat pandai dalam
membuat cewek bertekuk lutut sampai ngangkang.
“Emang
gimana cara memulai chat yang benar ke seorang cewek cantik?” Tanya gue kembali
kepada sang pakar.
“Ya
udah, dateng aja ke seminar temen gue. Buruan beli tiketnya, seat terbatas.” Ucap sang pakar sambil
memantik batang rokok terakhirnya.
You know your life is so fucked up
when memulai pembicaraan yang tepat ke seseorang cewek itu lebih sulit daripada
memulai presentasi sidang skripsi.
This is the most-nggak
penting-part, you will ever meet in this life.
=======
Tepat
1 April kemarin, gue resmi menghapus semua aplikasi kencan online yang ada di
hape. Gue kayaknya memang diciptakan secara konvensional untuk urusan cinta.
Kekurangan gue dari segi packaging,
membuat gue malah makin terbelakang di kencan berbasis online.
Nggak
perlu capek-capek mencari jodoh, lah.
Nggak
ada yang salah dengan yang namanya kesendirian atau bahkan kesepian. Kalau saja
setiap dari kita nggak bermusuhan dengan yang namanya kesepian, kita nggak
perlu repot-repot mencari kebahagiaan lewat orang lain. Buat apa capek-capek
mencari bahagia lewat orang lain kalau kebahagiaan sebenarnya bisa datang dari diri
sendiri?
Berhentilah
mencari, sebab berhenti mencari adalah cara lain untuk menemukan.
Do you believe it?
Tags:
The Playboy Stories
4 Komentar
Semangattt Bang Don, semoga cepat menemukan hehee
BalasHapusAaaah gamau semangaat ah ~
HapusYes, berdamai dengan kesepian ya.... entar dibilang antisosial bang..hehe
BalasHapusYes, berdamai dengan kesepian ya.... entar dibilang antisosial bang..hehe
BalasHapus