Perempuan yang Datang dan Lelaki yang Berniat Pulang

Tiada yang baru di bawah matahari,

Begitu juga denganmu, Kasih, kau memang asing, tapi bukannya semua hal memperkenalkan diri dengan caranya masing-masing?

Coba kau pikir kembali, Kasih, kita adalah sepasang yang sama di hari kemarin, yang di hari sekarang dikemas dalam tampilan berbeda. Kenyataannya, Tuhan memang baru mendatangkanmu kemarin, namun mimpi selalu datang mendahului kenyataan; bahwa di mimpi malam itu, nyatanya kau menemuiku.



Tiada yang jauh di bawah langit,

Begitu juga dengan jarak, Kasih, siapa yang tahu jika kau akan datang dari jarak yang jauh, jarak yang bahkan tak pernah aku terka seberapa jauhnya?

Cara datangmu Kasih, aku suka, tak sengaja kau ingatkan aku pada prinsip gravitasi. Mungkin inilah maksud Newton menemukan prinsip gravitasi, bahwa tiada yang jauh selama kita berada pada gravitasi yang sama.



Tiada yang tersesat selain cinta,

Begitu juga denganku, Kasih, aku adalah sampan kertas di laut lepas. Alih-alih ingin karam dihantam ombak keras, punggungmu yang serupa mercusuar malah menuntunku pada hangatnya napas.

Kau ajak aku ke suatu tempat, tempat yang sekiranya tak memiliki jalan pulang; walau akhirnya kusadari tubuhmu ternyata adalah rumah tempatku pulang, tempat bahagiaku didulang, tempat apa yang pernah kukenang kembali terulang.



Terima kasih, mungkin ini jawaban dari apa yang selalu luput aku minta dari Tuhan; yaitu kau.

Tuhan hanya menjawab, “Nanti jika kau sudah lelah, akan Kubahagiakan kau dengan membuatmu pulang; dengan Kusulap pergimu menjadi pulang.”


Bersusah payah aku pergi mencari bahagia, ternyata bahagia ada ketika aku pulang.

Terima kasih, Kasih;

Di matamu yang dermaga, kutemukan tempat melabuh sampan, setelah lelah mencari di lautan.




Yogyakarta, 11-12-2013

Share:

2 Komentar