Bumerang
"Sayang, cinta aku ke kamu seperti bumerang loh." "Kok bisa?" "Iya, kamu mau buang aku kemana aja, pasti aku baliknya ke kamu lagi." |
Beberapa
hari terakhir, banyak yang nanya apakah gue seorang alumni sekolah cinta –
Hitman System atau bukan. Entah kenapa mereka bisa bertanya seperti itu, yang
pasti mereka-mereka ini adalah seseorang yang mengikuti timeline gue setiap harinya. Jujur, gue bahkan kenal Hitman System
juga dari mereka-mereka yang mengikuti gue di timeline. Sebab, ini bukan kali pertama ketika gue disangka seorang
alumni Hitman System. Gue sudah disangka alumni HS sejak username gue masih
@ThePlayboyID. Dan hari ini gue tegas menyatakan, gue bukan bagian dari mereka.
Sekarang,
HS sudah punya tempatnya sendiri di hati para penggemar. Tapi ada sebuah hukum,
jika ada seseorang yang menyukaimu, maka di saat yang bersamaan akan ada juga seseorang
yang mulai untuk membencimu. Begitu juga sebaliknya. Jadi, jika punya banyak
penggemar, maka yang tidak setuju, yang tidak suka, atau bahkan berubah menjadi
haters pun, semakin banyak.
That’s how life works.
Kau
tak akan dibiarkan dibenci banyak orang, dan kau juga tak dibenarkan jika ingin
disukai semua orang.
Lalu
apa yang akan dibahas di tulisan gue kali ini? Ya, gue akan sedikit membahas
sebuah imbas jika kita mengusai
sesuatu, dan bahkan menjadi mahir di dalamnya. Tapi tenang, gue bukan tipikal
lelaki yang menjelekkan orang lain hanya untuk bisa terlihat lebih baik dari
orang lain.
Jadi,
tak akan ada pihak yang gue jatuhkan, gue jelekkan, atau gue rendahkan, karena
ini adalah murni pendapat gue, yang tentunya banyak diinspirasi orang-orang
yang memang sudah menjadi Don Juan, sebelum gue bisa menulis hal seperti ini.
Karena gue tau, gue bukan sepenuhnya Don Juan, gue hanya orang yang
terinspirasi.
=====
Pasti
tau dong film dan game Resident Evil atau Biohazard? Ya, itu adalah science fiction yang dilandasi aktivitas senjata
biologis. Lalu tau film superhero Amazing Spiderman? Semua terjadi karena tokoh
antagonis di film itu mengusai suatu bidang ilmu. Resident Evil terjadi karena
ditemukannya T-Virus yang bisa bikin orang mati hidup lagi, ya jadi zombie
(kalau nggak salah gitu). Musuhnya Spiderman,
dr. Lizard, dia jadi jahat karena terobsesi menggabungkan gen manusia dengan
gen binatang – yang punya daya regenerasi tinggi. Dan akhirnya, pengetahuannya
itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
=====
Pernah
punya kuota internet yang berlimpah? Nah, gue punya pengalaman yang absurd soal ini. Waktu itu, gue punya
kuota internet 10 Gb dengan kecepatan hampir 1 Mb per detik. Itu kecepatan yang
sungguh lumayan. Download film 1 Gb nggak akan sampai 20 menit. Nah, gue punya
target film yang akan di-download sebesar 800 Mb, dengan kuota 10 Gb, tentunya
nggak pernah menjadi masalah. Yang jadi masalah, setelah gue selesai
mendownload film target, gue jelas mendownload film lain, yang lain lagi, dan
yang lain lagi. Karena gue tau, gue punya kuota lebih dari itu.
Akhirnya,
kuota 10 Gb habis dalam waktu setengah hari. Gue agak nyesel.
Cerita
kuota di atas, persis seperti apa yang terjadi ke gue dan teman gue.
Jika
diumpamakan mencari pacar, gebetan gue saat itu ibarat file yang berukuran 800
Mb. Gue yang saat itu punya kapasitas mencinta 10 Gb dan kemampuan menaklukan
nyaris 1 Mb per detik, tentu gebetan gue saat itu bukanlah hal yang sulit untuk
di-download.. Bukan bermaksud
sombong, tapi saat itu memang benar-benar terjadi. Lalu apa yang akan dilakukan
jika punya kuota berlebih? Ya, persis seperti cerita di atas, kebanyakan orang
akan cenderung men-download file yang
lain. Alasannya apa? Sederhana, karena ia tau punya kuota lebih dan koneksi
yang kenceng.
Ngerti
maksud perumpamaan gue kan?
Iya,
itulah cikal bakal selingkuh.
Iya,
itulah cikal bakal dari terus selalu
mencari yang lebih baik.
Jumlah
kuota yang besar dan koneksi yang kenceng justru menjadi
bumerang bagi diri gue sendiri.
=====
Lantas,
bagaimana cara untuk mempunyai kuota yang besar dan koneksi yang kenceng? Ya
belajar tentang cinta, belajar tentang cewek, belajar tentang cowok, dari
kondisi psikis dan logika berpikirnya. Ketika hal di atas udah mateng, maka
teknik di lapangan dan how to ke
target tentunya akan lebih mudah.
Gebetan
akan lebih mudah untuk di-download.
Salah
satu teman gue, ternyata adalah jebolan Hitman System. Menyadari hal itu,
tentunya jelas gue jadikan ajang tanya jawab. Katanya, HS itu bertujuan
mengajarkan cowok untuk menjadi lebih berkualitas. Intinya, itu cowok akan di-upgrade ketika sekolah di sana. Sesuatu ilmu
di HS, yang hari ini gue sebut sebagai Handsomology,
juga sedikit banyak diajarkan di sana. Begitulah kata teman gue.
Inti
lainnya lagi, kuota dan koneksi yang dipunyai teman gue saat itu,
akan di-upgrade di seminar HS sehingga teman gue nantinya mampu men-download file yang dia inginkan. In the other words, nantinya teman gue
mampu mendapatkan pacar yang dia inginkan.
Mungkin
itu adalah jawaban, ketika gue berkali-kali disangka alumni HS. Ini benar-benar
murni sebuah ketidaksengajaan. Mungkin, gue berguru dengan orang lain, yang
mungkin pemikirannya menyerupai para pentolan HS.
=====
Gue
tau banget pertanyaan besar semua orang yang belum pernah ikut training atau
seminar HS. Mau tau apa? Ya, pertanyaan klise ini juga pernah gue pertanyakan.
Pertanyaannya adalah, “Emang bener HS
bisa bikin elu dapat pacar?”
Lalu
bagaimana menjawabnya? Apakah gue harus ikut training mereka? Apa cukup
mendengar testimonial orang yang sudah berhasil punya pacar setelah ikut
seminar HS? Gue bahkan nggak ngeluarin duit untuk ikut seminarnya. Sederhana,
gue cuma ngetes teman gue yang merupakan alumni HS tersebut. Ya, dia gue
tantang untuk mendapatkan hati cewek yang gue udah tunjuk. Dan dia benar-benar
belum kenal dengan cewek itu.
Level
keberhasilannya gue nilai dari keberhasilan memecah kegaringan atau icebreaking saat ngobrol, keberhasilan
mengajak kencan, dan gue juga menilainya dari kemampuan membentuk chemistry. Dan puncak tertingginya
adalah, dia harus jadian sama cewek itu.
Sebagai
seorang fresh graduate yang punya pride besar setelah lulus dari HS, dia
dengan percaya diri menyanggupinya. Dia jelas nggak mungkin menolak, karena di
awal tantangan gue ke dia adalah, “coba lu buktiin ke gue, berhasil nggak lu
pakai ilmu HS?”
Tiga
minggu kemudian, dia gue temukan lagi ngopi-ngopi enak di J.Co sama cewek itu.
Cewek
itu adalah gebetan gue yang udah deket sama gue selama dua bulan, dan beberapa
minggu kemudian, gebetan gue lagi jalan sama teman gue yang notabene salah satu
dari clan Hitman System.
Kampret,
nyet.
Semenjak
itu, gue berhenti memandang sebelah mata kemampuan dan apa yang diajarkan oleh
Hitman system kepada anggota clan-nya.
Semenjak itu juga, gue sadar, bersaing dengan seorang Don Juan itu nggak enak.
Dia tau semua jutsu psikis yang biasa
gue pakai buat opening dan closing.
Teman
gue yang dulu pemalu, sekarang menjelma playmaker
perasaan. Dia benar-benar dipermak dan diamplas clan HS habis-habisan.
====
Itu
adalah segi positif jika punya ilmu mencinta yang besar. We can conquer the other’s heart.
Itu
juga adalah sisi positif yang gue cerna dari apa yang HS kenalkan, ajarkan, dan
sebarkan kepada para anggotanya. Hitman membuat kualitas anggotanya meningkat.
Ini sebuah hal yang bagus. Adanya mereka mampu membantu program pemerintah
dalam mengentaskan ketuna-asmaraan.
Tapi
nggak hanya sampai di sisi positif. Hitman System yang punya penggemar setia,
juga punya banyak disliker dan hater. Kemampuan mencinta yang
seolah-olah mampu menaklukan setiap cewek atau cowok, membuat mereka dianggap orang yang paling jago dan paling merasa benar
tentang cinta. Dan juga seperti dugaan gue, akan ada banyak orang yang merasakan
hal itu.
Selebtwit
yang juga hebat dalam lika-liku cinta, adalah kalangan yang sepertinya kurang suka dengan geliat
sekolah cinta – yang ingin membuat anggotanya mampu menemukan dan menaklukan hati
lawan jenis itu.
Gue
pernah baca salah seorang selebtwit cowok yang ngetwit kayak gini: “Real man don’t waste money for paying his
love problem”, kalau nggak salah intinya kayak gitu. Katanya, lelaki sejati
nggak perlu ngeluarin duit buat masalah cintanya.
Selain
itu, seorang selebtwit cewek juga pernah ngetwit yang intinya kayak gini, “Kalo caranya kayak gitu, lo bisa naklukin
banyak cewek dong? Sorry, gue nggak tertarik.”
Ya, mungkin untuk urusan bisnis, kuliah, dan karir, ada hukum atau cara yang saklek untuk sampai pada puncak kesuksesan. Tapi untuk cinta yang berbicara tentang ketidakpastian dan kesepakatan, nggak pernah ada hukum yang saklek. Buat gue, cinta adalah argumen. Siapa yang mampu mempertahankan argumennya, dia tetaplah benar. Dan setiap orang bebas berargumen selama dia nyaman dengan argumennya sendiri. Toh, untuk cinta, semua dibenarkan. Bahkan yang terang-terangan disakiti tapi tetap merasa cinta, pun tetap dibenarkan.
Ketika
menemukan contoh twit seperti di atas, gue pun kembali pada paham kuota besar dan koneksi yang kenceng. Hitman mampu meng-upgrade daya “download”
para cowok, yang artinya: yang tadinya nggak bisa menaklukan, jadi bisa
menaklukan. Yang tadinya nggak percaya diri, jadi percaya diri kalau bisa
macarin seseorang itu.
Dan
manusia adalah makhluk yang pasti akan berkaca pada keberhasilan-keberhasilan
yang pernah dicapai. Keberhasilan-keberhasilan yang telah diraih akan
membawanya kepada pencapaian baru, yang belum pernah ia capai sebelumnya.
Sederhananya
gini, kalau Real Madrid bisa juara La Liga, masa nggak bisa juara Liga
Champions? “Kalo gue bisa naklukin A,
masa gue nggak bisa naklukin si B?”
Keberhasilan mendatangkan kemampuan,
kemampuan membawa pada keingintahuan, sedang keingintahuan yang besar dapat
membuat ketidakpuasan.
Dan
bisa kembali lagi pada cikal bakal teruslah
selalu mencari yang lebih baik, maka kau tak akan berlabuh pada pemberhentian
apapun.
=====
Sebelum
mengakhiri sebuah cara memandang dari sudut yang berbeda ini, gue selalu
bertanya-tanya, ”kenapa bumerang akan
kembali lagi saat dilempar jauh-jauh?”
Terlepas
dari hukum fisika, buat gue, ini adalah sebuah romantisme. Bukan tanpa maksud
bumerang yang telah dilempar akan kembali lagi pada pelemparnya. Pasti ada
maksud lain di dalamnya.
Pengetahuanmu
pada sesuatu, akan berbalik ke dirimu sendiri. Pengetahuan tentang cinta akan membagi
kita menjadi dua: Hebat dalam menyakiti, atau hebat dalam memaafkan.
Kalau
pengetahuan gue tentang cinta membawa gue pada ketidakpuasan, maka ilmu
mencinta itu akan membuat gue berpindah-pindah ke hati yang lain. Naluri gue
berkata jika gue pantas mendapatkan yang lebih baik dari yang sekarang. Jika
pengetahuan itu membawa gue pada rasa bersyukur, gue akan hebat dalam
memaafkan, dan mengikhlaskan.
Semenjak
mengerti pengetahuan cinta juga seperti bumerang yang akan kembali ke diri sendiri, gue pribadi
lebih memilih untuk tetap menjadi bodoh untuk urusan cinta. Sesuai perkataan
seorang perempuan yang pernah gue kecewakan saat gue berusaha menjadi pintar
tentang cinta,
“Aku ingin kita
tetap menjadi bodoh, sebab ketika kita menjadi pintar, aku takut salah satu
dari kita akan mencari yang lebih baik.”
Sayangnya,
itu terlambat. Gue terlalu sibuk dengan suara sendiri sehingga nggak mampu mendengar
suaranya.
Buat
gue, menjadi pintar rupanya tidak selalu menjadi jalan keluar.
Itu
pilihan gue? Bagaimana dengan pilihanmu? Apakah pengetahuanmu tentang cinta
berbalik padamu dengan membawa rasa syukur, atau justru ingin menyakiti?
Tags:
Filosofi kacang
1 Komentar
well said, dude, well said.. :)
BalasHapus