The Worst Boyfriend Ever?
“Sudah
diseleksi sedemikian rupa pun, masih saja terasa seperti membeli kucing dalam
karung.’’ Giska coba menjawab pertanyaan gue tentang bagaimana realita
mengarungi perjalanan cinta dengan cowok barunya.
“Emang
kenapa, Gis?” Tanya gue kembali.
Giska
berdehem sebentar. “Ya gitu deh, baru pacaran sebentar aja udah beda, udah
keliatan aslinya, gue jadi ragu buat nerusin hubungan ke level yang lebih
serius.”
“Padahal
dulu waktu pedekatein gue, dia tuh suka ngajak gue wisata kuliner, sekarang
makan bareng aja males-malesan.” Giska kembali menambahkan sebelum gue sempet
menanyakan masalah apa yang bikin dia uring-uringan.
Gue
masih mengernyitkan dahi.
“Dia
nggak suka makan.” Tambahnya kembali.
Lah?
Baru
kali gue temuin ada cewek ilfil bukan karena cowoknya mesum, kasar, ringan
tangan, atau selingkuh, tapi karena nggak suka makan. Kalau gue jadi pacar
Giska, pasti dia ilfil banget. Gue termasuk orang yang jarang makan. Sehari
paling banyak makan dua kali, itu pun kalau ada kondangan atau ibuk bawa pulang
snack rapat. Udah pasti gue bakal diputusin sama Giska. Suram.
Terakhir
kali pacar gue ilfil sama gue, ya pas gue ketauan lagi nyirem air got ke
jalanan sore-sore. Dia sidak dadakan ke kos gue tanpa bilang-bilang. Habislah
gue ketangkep basah lengkap dengan atribut kaos kutang dan sarung. Ada sekitar
tujuh detik dia menatap gue sedang memegang pengki yang buat nyapu, namun gue
pakai buat nyerok air got dan gue sirem ke jalanan. Kalimat yang keluar dari
mulutnya setelah tujuh detik berlalu itu yang bikin gue terpukul sampai dengan
hari ini.
“Ya ampun, aku ngga nyangka kamu
om-om banget..”
Sakit..
--------
Jaman
áwal-awal mencicip dunia kerja setelah diwisuda, gue pernah melakukan social experiment kecil-kecilan ke lima
puluh cewek di kantor tentang kriteria boyfriend
yang nggak banget. Dari lima puluh
jawaban mereka, tentunya gue mendapat jawaban yang mainstream
seperti: nggak peka, mesum, tukang selingkuh, tukang grepe, tukang cubit tete
(asli ada banyak yang jawab ini) dan beberapa kriteria yang sebenernya nggak
penting tapi kalo dipikir-pikir lagi ternyata emang nggak penting.
Inilah
beberapa kriteria cowok yang jangan sampai klen-klen cewek pacari. Jangan..
The worst boyfriend ever?
Gue punya banyak sertifikat ini di rumah, dan kategori ini salah satunya. |
========
Cow
Cowok Yang Nggak Suka Wisata Kuliner
Sebenernya, pacar Giska adalah
salah satu senior gue di gym. Dia yang
ngajarin gue tentang pola diet sehat. Baik secara clean food maupun intermittent
fasting. Dan ini pun juga nyatanya terjadi ke gue. Nyaris dua tahun lebih
rutin menjaga pola makan sehat dan intermittent fasting, benar-benar menekan
nafsu makan gue ke titik paling rendah. Dua tahun lebih itu udah menjadi
kebiasaan. Bahkan ketika sekarang gue off
season atau lagi nggak diet, pola makan gue tetep nggak jauh kayak jaman
diet. Gue hanya makan paling nggak cuma dua kali. Pagi dan siang, atau siang
dan sore. Kalau gue sarapan, berarti jam makan terakhir gue adalah makan siang.
Sorenya cuma minum kopi.
Dua tahun lebih menjaga habit itu
sukses membuat gue mual kalau dikasi makanan penuh minyak, margarin, tepung,
dan segala macam pastries dan juga donat-donatan. Makan Jco sekerdus aja bikin
gue begah dan mual (yha ealah). Makan
martabak manis dua biji rasa-rasanya udah bikin gue nggak mau makan apa-apa
seharian.
Dan.. kelebay-an gue terhadap pola
makan, nggak disukai pacar gue saat itu. Bahkan sampai dengan hari ini, ada aja
cewek yang komen bernada ketidak-sukaan terhadap pola makan gue. Kalau cewek
yang biasanya ditanya mau makan di mana akan bilang “terserah”, nah gue yang
kayak gitu. Gue adalah pihak yang akan nanya makan di mana terus akan gue jawab
“terserah kamu aja”. The ultimate
scumbag. Pengetahuan akan referensi makanan enak gue hampir dibilang nol
besar. Bahkan gue nggak banyak tau makanan enak di Jakarta ada di mana aja. Gue
adalah tipe cowok yang bisa makan bertahun-tahun di tempat yang sama tanpa
komplen bosan atau nggak enak. Setia dan bikin boring sejak dalam pikiran. Pressure
terberat gue saat kencan adalah waktu sesi ngajak makan. Gue harus riset
jauh-jauh hari makanan apa yang enak, lagi ngehits, dan tentunya yang bisa gue
makan. Dan bisa dibilang, gue nyaris nggak peduli soal makanan enak.
The
worst boyfriend ever?
Imbasnya apa?
Cewek akan ilfil ke cowok yang
bahkan untuk urusan makan aja nggak bisa menentukan sikap. “Boring banget sih
kamu kalau diajak jalan, makanan ini nggak tau, makanan itu nggak tau. Mau
makan aja susah. Kalau diajak makan aja ribet, apalagi diajak membangun rumah
tangga.” Itu kalimat seminggu sebelum gue putus dengan pacar gue saat itu. Gue
bahkan ngga nyangka kalau kekurangpahaman gue tentang taste makanan bisa bikin gue dijuluki the worst boyfriend ever.
Fuk
my lyfe.
Bolu pernah bercanda sambil melepas
asap rokoknya, “Apa yang nggak bisa diselesaikan dengan ketampanan, coba
selesaikan itu dengan kemapanan. Kalau kamu absen di keduanya…” Bolu sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya, “Selesaikan itu dengan makanan..”
Cowok
yang Nggak Suka Hari Sabtu
Dua tahun setelah merajut kembali
kisah cintanya dengan temen gue, Acong,
Sasha jadi sering curhat ke gue. Acong yang perawakannya kayak tukang
duku ini suka bikin gue kesel. Di kemasannya yang nggak seberapa itu, dia
seringkali mendapat pacar yang kalau difoto bareng, akan mengundang umpatan kalimat
kasar dari orang-orang yang melihatnya. Termasuk gue. Semenjak jaman kuliah dan
sampai dengan hari ini, dia ini selalu bikin ulah dan sering nggak bersyukur
dengan apa yang dia miliki. Sasha adalah salah satunya. Cewek embem dan blonde
ini sudah kadung mabuk kepayang dengan Acong sejak jaman kuliah dan seringkali
dikecewain. Ketika Acong pindah kerja ke Jakarta, dan yang kemudian disusul
oleh Sasha, di sanalah mulai terjadi banyak pertengkaran.
“Don, kok Acong jadi suka males
diajak malem mingguan ya? Apa dia ada malming dengan yang lain? Kamu tau nggak
Don? Kok aku nggak tau ya? Apa dia punya hobi baru yang nggak dikasitau ke aku?
Apa dia lembur kerja setiap Sabtu? Apa dia jaga warnet kayak waktu dulu kuliah?
Apa dia emang udah nggak suka sama aku? Apa aku kurang seksi di mata dia?
Semuanya udah aku kasih ke Acong, Don.. semuanya.”
Berondongan pertanyaan Sasha sering
bikin gue galau di dua bagian. Bagian yang satu, gue galau kenapa cewek sesetia
dan secantik Sasha disia-siain gitu aja sama Acong. Bagian lainnya, gue galau
apa jangan-jangan selama ini ternyata gue yang jadi pacar Acong. Semua
pertanyaan Sasha, semua hal dari Acong yang nggak diketahui Sasha, gue tau.
Alasannya sangat sederhana dan
bahkan terlalu pendek kalau dipakai buat jawab berondongan pertanyaan
panjangnya Sasha. Acong itu cuma…. mager. Lama merantau dan menimba ilmu di
Jogja yang apa-apa bisa ditempuh dalam hitungan menit, maka di Jakarta akan
bertambah berpuluh-puluh kali lipat. Acong rumahnya di Pamulang, wakuncar ke
kos Sasha yang berada di bilangan Jakarta Barat, tepatnya deket Trisakti.
“Nonton ke bioskop sama Sasha itu Sabtu, abis sholat Jumat gue udah harus jalan
ke sana Don, capek gue LDR gini.” Jawab Acong ketus.
Hal serupa juga gue temuin di
beberapa temen gue yang berantem dengan pacarnya untuk hal sepele kayak di
atas. Gue sangat ngerti kenapa cowok-cowok ini jadi mager dan males buat
malmingan. Hari Sabtu di Jakarta itu kayak got yang abis di-fogging. Keluar semua kecoaknya. Orang
jadi berlomba-lomba melepas penat ke tempat rekreasi seperti mall, kafe, or
tempat nongkrong lainnya. Bukannya melepas penat, malah Apalagi
malam minggu itu jatuh tepat di tanggal gajian. Beeehh, Sampai dengan kurang
lebih tahun 2019, jalanan Jakarta akan sangat nggak ramah untuk semua
pengendara. Pembangunan fly over dan
tiang-tiang penyangga mono rail yang
dikerjakan secara bersamaan adalah salah satu biang keladi dari banyak penyebab
kesemrawutan jalanan Jakarta. Dan terutama imbas dari kemacetan ini dirasakan
langsung oleh cowok-cowok. Mereka harus menempuh jarak jauh dan bisa berangkat
tiga jam lebih awal di setiap malming untuk jemput ceweknya.
Temen gue yang
sering dicap misoginis di sosmed
sering bilang ke gue, “Semakin cakep seorang cewek, semakin harus dianter
jemput ke mana-mana di setiap harinya. Dan lo cowok-cowok siap-siap harus
mencadangkan duit lebih untuk bensin, tol, parkir dan segala macam biaya akibat
kemacetan di jalan. Anggep aja ini duit entertain
atau duit yang lo investasikan untuk hal yang sebenernya nggak ngaruh-ngaruh
amat impact-nya ke kehidupan lo.”
Kalimat temen gue ini pun sontak
mengundang reaksi ketus dari beberapa temen cewek gue di kantor. Mbak Sally
yang embem dan tuturnya katanya kalem kayak putri solo pun, sangat menyayangkan
kalimat tersebut. “Lho, kamu ndak boleh lho ngeluh di jalanan, apalagi cewekmu
juga ada di mobil itu. Cowok itu harus kuat, harus tahan macet, harus siap
jalan ke manapun, mental untuk menjadi suami siaga harus dibangun sejak jaman
pacaran.”
Beberapa temen cewek yang memang
punya grup rumpi dan sangat mengidolakan lambe turah pun nggak kalah ketusnya. “Nggak
semua cowok itu layak punya pacar kok, apalagi tipe-tipe cowok yang banyak
ngeluh di jalan. Udahlah, yang kayak gitu mah tinggalin aja. Cowok kok manja.
Kena macet, ngeluh. Nganter-jemput ceweknya, ngeluh. Nggak usah kebanyakan
drama, itu udah kewajiban lo. Kalo nggak mau kena macet-macet ya jangan punya
pacar, jomlo aja sana. Jangan macet dijadiin alasan.”
Hmmm.
The
worst boyfriend ever?
Dari semua tipe cowok yang jangan
dijadiin pacar, tipe cowok berikut adalah tipe cowok yang sangat patut dihindari dan kalau
udah terlanjut harus segera
diputusin. Tipe cowok paling worst yang
mungkin akan cewek-cewek temui di hidup ini..
Cowok
yang Nggak Mau Pindah Agama
The
worst boyfriend ever.
Tags:
The Playboy Stories
0 Komentar