Aku pernah menulis puisi
Bagi sebagian dari mereka yang
tak percaya aku pernah menulis puisi,
Sebenarnya aku memang tak
pernah menulis puisi
Bahkan aku tak mengerti harus
dimulai dengan apa
Malam itu, aku tertegun, untuk
apa berpuisi
Seperti halnya anak kecil yang
bertanya untuk apa berpuasa
Dan saat paginya terbangun, di
keningku, Ibuku pelan letakkan kecupan
Mungkin, dari sana cikal bakal
tentang merasa berkecukupan
Apa sudah terdengar puisi?
Belum?
Setelah merasa berkecukupan,
aku memandang ke jendela
Sesekali kucoba menghitung
rintik hujan,
Kulihat langit menjatuhkan
mereka dari sana
Sebentar kemudian aku tengok
ke dalam langit mataku,
Satu-satunya yang belum turun
adalah kau.
Mataku menggenang pada hujan,
hatiku mengenang canda kita semalaman.
Hujan adalah benda tiada yang
kuberi hidup,
Sedang kau adalah benda hidup
yang kuberi tiada,
Yang hari ini akrab aku sebut,
hujan.
Jujur, ini akan kunamakan
menggunakan namamu,
Tapi mereka ingin menyebutnya,
puisi.
Aku tidak pernah menulis puisi
Menulis namamu, yang disangka
mereka puisi,
Pernah.
Jogja, 2013
Tags:
Puisi Kacang
0 Komentar