#5
Kemarin, aku baru menemuinya. Ia menungguku di
persimpangan gagang telepon. Aku pun berangkat menuju gagang teleponku. Sesekali
aku tertangkap basah sedang menciumi kening gagang teleponku. Walau aku tak
melihatnya, sunset pantai kuta saat itu memeperjelas siluet wajahnya. Ia begitu
sempurna dimataku, senyumnya melengkapi sunset senja itu. Aku menerka-nerka
semuanya..
Taukah kamu,
Saat semua pandangan tertuju pada satu sinar, aku berpaling memilih
melihat sinar yang ada di dekatku. Yaitu wajahmu.
“Isakan
tangisnya tak berhenti, air matanya jatuh, menetes di ceritaku dengan deras,
hingga kini aroma air matanya yang masih membekas. Kubisik ia pelan,
menenangkan hingga tangis berganti senyuman. Ia terdiam, tak satu kata pun
terucap dari bibirnya.. Lalu ia berkata..
“Fan,
maafin aku ya udah buat kita jauh kayak gini..”
“I.. Iya gak
papa kok.. Kamu masih mau nangis? Menangislah sayang, sampai hatimu
menghentikan air matamu..”
“Ih,
sok romantis kata-katanya!”
“Hehe.. ya
maap..”
“Bodo.”
“Biarin.
Hahaha..”
“Apa
kamu!”
“Gak, gak papa.
Kamu yang apa!!!”
“Ih.
Kok kasar?”
“Iya maap..
Tidur gih..”
“MALES.”
“Cewek gak bisa
males.”
“Ih,
kok gitu?”
“Males itu
untuk cowok! Kalau cewek, females!”
“………………………….”
*mengheningkan
cipta*
“………Err.. Gak
nangis lagi kan?”
“Hehe.. Makasih ya fan,
kamu emang selalu bisa buat aku tenang..”
“Iya, sama-sama
sayang. Jangan nangis lagi ya.”
“Iya
sayang..”
“…..”
“Fan.”
“Iya, sayang?”
“Kalau aku kangen kamu,
terus pengen ketemu gimana?”
“Hmm..”
“Apa?”
“Pejam sudah
matanya..”
“Aku
gak pengen tidur! Kamu ngerti gak sih?!”
“Pejam
sayang..”
“AKU
GAK MAU TIDUR! AKU BELUM NGANTUK!!”
“Kamu gak
tau..”
“GAK TAU APA?! Susah banget
ya ngertiin aku? Aku belum ngantuk!”
“Bukan begitu
sayang..”
“Hobi
ya bikin aku kesel!!”
“…………………………..”
Tut.. tut.. tut.
Ponselnya ia
matikan, sejenak ia akhiri perbincangan tadi, sejenak pula ia buat hati ini
berubah murung. Kucoba menghubunginya lagi, tapi tak kunjung diangkat. Seperti
membawa bunga mawar, membiarkan tanganku terluka karena durinya, namun tak
kunjung ia sambut. Perasaanku kalut. Hatiku berkabut. Tak ia tiupkan
sambutannya untuk mengusir kabut disini.”
Iya. Doi emang sering gitu. Kalau lagi kesel
atau marah, sering matiin ponselnya. Tau nggak kenapa dia marah-marah? Iya jelas
aja marah. Ini kan masih sore, tapi dia
udah gue suruh tidur. Dia pasti meyakini kalo selama ini gue telah menganggap dirinya adalah
seekor beruang madu. Kalo katanya Wikipedia, sore hari adalah jam-jam di mana
beruang madu nggak sadarkan diri di kasur. #tetepdibahas
Gue ditinggalin
menggelandang dengan ponsel yang terus memanggilnya.
“Aku pun berhenti menghubunginya. Aku merasa gagal untuk bisa
menenangkannya lebih dari ini. Aku berbaring lemas, dengan fikiran cemas. Cemas
akan menyanggupi jalinan hubunganku dengannya di kemudian hari. Hhhh.”
Gue diem.
Malam itu bener-bener hening.
Gak ada satu suara pun, kecuali
suara batre ponsel gue yang mulai melemah. Gue coba untuk tidur, perlahan..
pelan.
“Pejam sudah matanya..
“Aku
gak pengen tidur! Kamu ngerti gak sih?!”
“Pejam sayang..”
“AKU
GAK MAU TIDUR! AKU BELUM NGANTUK!!”
“Kamu gak tau..”
“GAK TAU APA?! Susah banget ya ngertiin aku? Aku belum ngantuk!”
Bukan, ini bukan
percakapan gue dengan dirinya. Ini percakapan antara gue dengan pikiran gue. Jadi
kenapa ada orang yang insomnia, percakapan di atas adalah jawabannya. Gue bertengkar
dengan diri sendiri.
Semenjak menjalin asmara lewat gagang telepon, gue sadar bahwa pertemuan adalah sesuatu yang sangat berharga. Buat
yang merasa biasa aja di setiap pertemuan, cobalah ini. Jalan setapak yang
terjal..
Di setiap pejaman matamu, dapat
kau temukan sosokku, memeluk dari kejauhan.”
-to be continue
From @irfannyhanif
Wrote by Don Juan